https://www.elaeis.co

Berita / Kalimantan /

Proyek Katingan Mentaya, Contoh Nyata Konservasi Lahan Gambut Berdampak Ekonomi Bagi Warga

Proyek Katingan Mentaya, Contoh Nyata Konservasi Lahan Gambut Berdampak Ekonomi Bagi Warga

Ilustrasi: ikan gabus (ist.)


Jakarta, elaeis.co – Lahan gambut selama ini sering dicap sebagai sumber masalah. Rawan terbakar, sulit diolah, dan tak jarang dianggap beban. Namun, sebuah inovasi dari pedalaman Kalimantan perlahan-lahan mengubah stigma itu.

Lewat budidaya ikan gabus di lahan gambut yang dijaga tetap basah, muncul sebuah solusi cerdas: mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla), sekaligus menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi bagi masyarakat.

Darsono Hartono, Kepala Eksekutif PT Rimba Makmur Utama, membagikan cerita sukses dari proyek Katingan Mentaya, yang mengelola lahan gambut untuk restorasi berbasis ekonomi.

“Kami membuktikan bahwa menjaga lahan gambut bisa memberikan manfaat finansial,” ujarnya dalam keterangan resmi, kemarin. Proyek yang dipimpinnya bahkan menjadi salah satu yang terbesar di Asia dalam penjualan kredit karbon.

Namun lebih dari sekadar menjual karbon, Darsono memperkenalkan pendekatan baru yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat, yakni budidaya ikan gabus. Ikan lokal yang dulu dipandang sebelah mata ini ternyata menyimpan potensi besar. 

Selain mudah dibudidayakan di perairan asam dan rendah oksigen seperti gambut, ikan gabus juga kaya akan albumin, senyawa protein yang penting untuk penyembuhan luka dan banyak digunakan dalam dunia medis.

“Inovasi semacam ini menunjukkan bahwa restorasi tidak hanya soal konservasi, tetapi juga ekonomi kreatif yang memberikan nilai tambah bagi masyarakat,” jelas Darsono.

Budidaya ikan gabus di lahan gambut menjaga area tersebut tetap basah, sehingga risiko kebakaran bisa ditekan secara alami. Dalam kondisi lembap, api sulit menyebar. Ini artinya, semakin banyak kolam gabus yang dibuat, semakin kecil pula potensi karhutla di kawasan tersebut.

Lebih dari itu, masyarakat setempat kini memiliki alternatif pendapatan yang berkelanjutan. Mereka tak lagi harus membuka lahan dengan membakar semak. Sebaliknya, mereka bisa membudidayakan ikan bernilai tinggi yang pasarnya terus tumbuh, baik untuk konsumsi maupun untuk industri farmasi dan suplemen kesehatan.

Proyek Katingan Mentaya pun menjadi contoh nyata bagaimana konservasi bisa berjalan beriringan dengan kesejahteraan masyarakat. Tak perlu membakar hutan untuk bisa hidup layak. Tak perlu menebang pohon untuk bisa menyekolahkan anak. Di atas rawa yang tenang, masyarakat bisa menebar benih harapan.

Indonesia sendiri memiliki lebih dari 13 juta hektare lahan gambut, tersebar dari Sumatra hingga Papua. Bayangkan jika sebagian dari lahan itu dimanfaatkan untuk budidaya ikan gabus yang dikelola dengan prinsip ramah lingkungan. Dampaknya bisa besar: dari penurunan emisi karbon, pencegahan kebakaran, hingga peningkatan ketahanan pangan nasional.

Langkah Darsono dan timnya mungkin masih kecil jika dibandingkan luasnya tantangan di depan. Tapi ia membuka jalan. Menunjukkan bahwa masa depan bisa dirancang dari rawa. Bahwa dari lahan basah yang dulu dianggap kutukan, kini justru tumbuh peluang masa depan yang basah, hijau, dan bernilai.


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :