https://www.elaeis.co

Berita / Komoditi /

Program PSR, Petani Sawit Plasma Lebih Memilih Jadi Swadaya

Program PSR, Petani Sawit Plasma Lebih Memilih Jadi Swadaya

Buah kelapa sawit. Elaeis.co/Sany


Pekanbaru, elaeis.co - Belakangan ini tidak sedikit petani plasma yang justru beralih menjadi petani swadaya atau petani yang mengelola sendiri kebun kelapa sawitnya. Kondisi ini tentu sangat disayangkan oleh Ketum DPP Aspekpir Indonesia, Setiyono yang mejelaskan pola plasma khususnya Perkebunan Inti Rakyat (PIR) sudah sangat lengkap dan menjamin kesejahteraan petani.

Menurut pria berdarah Jawa itu, pola PIR sudah bagus dengan paket lengkap. Ada pabrik kelapa sawit (PKS) ada kebun, hingga ada regulasi yang jelas. Sehingga petani tak perlu khawatir tentang dimana menjual tandan buah segar (TBS) hasil kebunnya, berapa harganya dan sebagainya.

"Dalam program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) saat ini petani bebas memilih apakah ingin swakelola atau tetap bermitra. Kita sayangkan tidak sedikit juga petani yang memilih swakelola," katanya, Jumat (18/3/2022) kepada Elaeis.co.

Setiyono mengatakan memang tidak ada aturan yang dilanggar oleh petani karena memilih untuk merawat sendiri kebunnya itu. Tentu kedepannya nasib petani itu juga ditentukan langsung oleh petani sendiri artinya tidak ada jaminan baik itu pembeli hasil kebun, harga bahkan juga dalam perawatan kebunnya.

Katanya pilihan tadi sedang menjamur di tengah-tengah perkebunan sawit khususnya plasma. Tentu banyak faktor juga yang membuat petani beralih seperti itu. Misalnya lantaran adanya kebebasan memilih yang dianggap petani pilihan paling tepat. Kemudian adanya ajakan dengan janji-janji yang menggiurkan.

"Ya bisa juga dipengaruhi dengan cara kepemimpinan yang tidak sesuai dengan pola pikir petani itu sendiri. Banyak juga bisikan-bisikan lain," bebernya.

Bisikan itu misalnya terkait dana PSR. Memang ada bantuan dari BPDPKS namun itu tidak utuh hingga petani bisa menikmati hasil kebun. Petani juga musti punya tabungan. Nah jika tidak punya maka petani kudu mencari dengan cara mengajukan pinjaman ke bank. Nah di situasi inilah petani mulai mendapat bisikan hingga petani memilih untuk mengelola sendiri kebunnya untuk meminimalisir pengeluaran saat PSR tadi.

"Padahal efeknya nanti kepada petani sendiri. Nah di lapangan banyak yang kita dengar seperti ini. Yakni informasi yang justru menyesatkan petani," tuturnya.

Menurutnya, kalau bagi petani yang masih kokoh dengan pilihan menjadi petani plasma, kondisi mundurnya sejumlah petani tadi tidak akan berdampak dengan kemitraannya. 

"Pola PIR ini sudah bagus dan lengkap satu paket. Jadi harusnya pemerintah tinggal menyempurnakan. Tidak justru menghadirkan pilihan atau pola baru bagi petani. Kita khawatir kondisi ini justru memecah belah petani itu sendiri," tegasnya.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :

Berita Terkait :