https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Produksi Seret, 2024 Harga CPO Diramal Meroket 

Produksi Seret, 2024 Harga CPO Diramal Meroket 

Minyak sawit mentah atau CPO. foto: Gapki


Nusa Dua, elaeis.co - El Nino yang melanda Indonesia tahun 2023 ini telah mempengaruhi produksi sawit nasional.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono mengatakan, penurunan produksi telah terjadi hingga pertengahan tahun ini. Produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) hingga Agustus 2023 hanya mencapai 36,3 juta ton. 23,4 juta ton diantaranya diekspor dalam bentuk bahan mentah maupun produk turunan seperti biodiesel dan oleochemical.

Menurutnya, penurunan produksi tersebut harus disikapi dengan hati-hati. "Kemungkinan akan terjadi kenaikan harga CPO tahun depan disebabkan turunnya produksi kelapa sawit Indonesia," kata Eddy dalam pembukaan 19th Indonesian Palm Oil  Conference (IPOC) 2023 and 2024 Price Outlook di Nusa Dua, Bali, Kamis (2/10).

"Situasinya berbeda dengan tahun ini di mana harga minyak sawit turun drastis di pasar. Kondisi ini dipengaruhi oleh melemahnya daya beli akibat pelemahan ekonomi di beberapa negara dan berlimpahnya stok di negara-negara produsen," tambahnya.

Program peremajaan sawit rakyat (PSR) yang dijalankan pemerintah untuk meningkatkan produktivitas lahan petani kecil juga belum menunjukkan hasil yang memuaskan. "Progres replanting kelapa sawit mengalami perlambatan," ujarnya.

Di saat bersamaan, permintaan domestik justru terus meningkat. "Selain program biodiesel B35 yang dijalankan pemerintah, dan pertumbuhan konsumsi masyarakat, baik sektor makanan dan industri, juga naik. Imbasnya, stok kelapa sawit Indonesia tidak diragukan akan rendah," tukasnya.

IPOC 2023 adalah konferensi industri minyak sawit terbesar dunia yang membahas perkembangan industri sawit serta menganalisis tren harga minyak sawit ke depan. IPOC 2023 mengusung tema “Enhancing Resiliency Amid Market Uncertainty” atau Meningkatkan Ketahanan di Tengah Ketidakpastian Pasar.

Menurut Eddy, perekonomian dunia terus dilanda ketidakpastian baik akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi dan tingginya inflasi yang dialami oleh banyak negara di dunia, hingga perang Rusia dan Ukraina yang berdampak besar terhadap pasokan pangan dan energi global.

"Selama perang, para petani tidak menanam atau memanen. Ukraina adalah produsen biji-bijian seperti gandum, jagung, dan minyak bunga matahari. Dampaknya pun dirasakan oleh dunia. Terjadi gangguan pada pasokan yang berdampak pada ketersediaan pangan bagi masyarakat terutama di negara-negara berkembang," ujarnya.

Saat banyak negara berupaya mempertahankan ketahanan pangan, Uni Eropa justru mendorong konsumsi produk bebas deforestasi dengan memberlakukan regulasi anti deforestasi (EUDR). Komoditas yang terdampak oleh aturan ini termasuk kelapa sawit, kedelai, daging sapi, dan produk kayu.

Biaya produksi akan meningkat karena produsen harus mematuhi peraturan baru di Uni Eropa. Baik menyangkut sumber bahan baku, kemasan, maupun limbah.

"EUDR hampir pasti akan menyingkirkan petani kecil dari rantai pasok. Ini tentu sangat menarik untuk kita bahas lebih dalam bersama para ahli di IPOC tahun ini," tuturnya.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :