https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Produksi Sawit Turun dan Harga Murah, Bisa Munculkan Pengangguran Musiman

Produksi Sawit Turun dan Harga Murah, Bisa Munculkan Pengangguran Musiman

Hasil panen petani diangkut ke pabrik CPO. foto: ist.


Bengkulu, elaeis.co - Sejumlah petani kelapa sawit di Bengkulu mengeluhkan penurunan produksi Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit. Dampaknya tidak hanya menimbulkan masalah ekonomi, tetapi juga berpotensi menciptakan pengangguran musiman.

Pengamat Ekonomi Bengkulu, Profesor Ahmad Badawi Saluy mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, sawit telah menjadi mata pencaharian utama masyarakat Bengkulu. Sayangnya, petani kelapa sawit sekarang menghadapi tantangan besar akibat penurunan produksi yang tidak terduga.

Data dari beberapa sumber menyebutkan produksi TBS kelapa sawit di Bengkulu telah mengalami penurunan hampir 50 persen dalam beberapa bulan terakhir. "Cukup sedih mendengar hal itu, apalagi kelapa sawit sudah menjadi sektor penting dalam perekonomian daerah ini," kata Ahmad, Minggu (11/6).

Dampak penurunan produksi kelapa sawit ini tidak hanya dirasakan petani, tetapi masyarakat lain yang menjadi pekerja kasar di kebun sawit. "Penurunan produksi yang berkelanjutan dapat menghancurkan mata pencaharian petani dan memunculkan pengangguran musiman yang sulit diatasi," tuturnya.

Dia meminta pemerintah setempat dan lembaga terkait segera bertindak agar produksi sawit rakyat kembali normal. Mitigasi perubahan iklim dan meningkatkan perlindungan terhadap tanaman kelapa sawit dari serangan hama perlu dilakukan. "Harus diingat, jika usaha petani hancur, maka dampaknya akan buruk buat perekonomian daerah," tegasnya.

Dia juga meminta pemerintah menjaga stabilitas harga TBS agar petani mendapatkan untung dari usahanya. Turunnya harga TBS beberapa waktu terakhir dinilai sangat merugikan petani dan mengancam keberlangsungan usaha mereka. "Turunnya harga TBS sudah lama terjadi, bahkan sebelum sawit dikenal luas di Indonesia," sebutnya.

Langkah konkrit untuk mengatasi masalah ini adalah melakukan hilirisasi untuk menghasilkan produk jadi. "Hilirisasi akan memberikan nilai tambah, produk seperti minyak kelapa sawit, margarin, sabun, dan produk turunan lainnya, bernilai lebih tinggi dibanding minyak sawit atau CPO," bebernya.

"Hilirisasi akan menyerap CPO lebih banyak di dalam negeri sehingga mengurangi ketergantungan kita terhadap harga jual CPO yang fluktuatif di pasar global," tambahnya.

Menurut Ahmad, hilirisasi sawit juga akan berdampak positif pada neraca perdagangan Indonesia. "Peningkatan ekspor produk olahan sawit akan menambah penerimaan devisa negara dan mengurangi defisit perdagangan. Ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam memperkuat ekspor non-migas untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi," tuturnya.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :