https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Produksi Sawit Merosot, ini Strategi Kementan Mengatasinya

Produksi Sawit Merosot, ini Strategi Kementan Mengatasinya

Petani mengumpulkan hasil panen kelapa sawit. foto: Ditjenbun


Jakarta, elaeis.co – Industri sawit nasional tengah menghadapi tantangan serius. Produktivitas kelapa sawit Indonesia stagnan, bahkan cenderung mengalami penurunan. Saat ini, rata-rata produksi sawit nasional hanya berkisar 3,8 ton per hektare per tahun, jauh di bawah potensi idealnya yang bisa mencapai 5 hingga 6 ton.

Merespons kondisi ini, Kementerian Pertanian (Kementan) bergerak cepat. Direktur Hilirisasi Hasil Perkebunan Kementan, Haris Darmawan, mengungkapkan bahwa pemerintah telah menyiapkan sejumlah strategi guna mengerek kembali produktivitas sawit.

“Kita menyadari ada tantangan besar ke depan. Tapi kami sudah punya peta jalan. Salah satunya melalui Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang menargetkan replanting seluas 120.000 hektare per tahun, khusus untuk kebun petani yang tidak produktif,” ujar Haris, kemarin.

Selain PSR, pemerintah juga mendorong intensifikasi melalui praktik pertanian yang baik (Good Agriculture Practices/GAP). Haris menegaskan pentingnya penggunaan benih unggul, pemupukan berimbang, serta penerapan teknologi modern dalam budidaya sawit. 

Salah satu terobosan yang kini dijalankan adalah digitalisasi pertanian dan pemantauan lahan melalui citra satelit, yang diharapkan bisa membantu petani memantau produktivitas dan kesehatan tanaman secara lebih presisi.

Dalam jangka panjang, pemerintah juga menyiapkan langkah perluasan lahan secara legal dan berkelanjutan, dengan tetap menjaga komitmen terhadap pelestarian lingkungan. Alih-alih membuka lahan baru secara massif, Kementan ingin mendorong peningkatan hasil dari lahan eksisting agar tidak menambah beban deforestasi.

Namun, tantangan yang dihadapi tidak datang dari satu arah. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyebut bahwa selama lima tahun terakhir, produksi dan produktivitas sawit nasional justru stagnan dan cenderung menurun.

Executive Director GAPKI, Mukhti Sardjono, mengungkapkan produksi minyak sawit (CPO dan PKO) sampai Februari 2025 hanya mencapai 8,26 juta ton, turun dari 8,89 juta ton di periode yang sama tahun lalu.

“Produktivitas kita sebelumnya bisa 4 ton, sekarang turun jadi 3,5 ton. Ini akibat stagnasi peremajaan, biaya produksi tinggi, dan tidak adanya perluasan lahan baru,” jelas Mukhti.

Ia menekankan pentingnya peremajaan dengan klon unggul tahan penyakit, serta implementasi GAP dan GMP (Good Manufacturing Practices) di seluruh lini produksi. Menurutnya, peningkatan produktivitas dan penguatan hilirisasi menjadi kunci agar industri sawit Indonesia tetap kompetitif di pasar global.


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :