Berita / Internasional /
Produksi Memang Lesu, Tapi Harga CPO Tetap Bertahan, Kok!
Kredit Foto: Sahril/Elaeis
Jakarta, elaeis.co - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyampaikan bahwa produksi minyak sawit mentah atau (crude palm oil/CPO) periode Februari 2022 masih aman di tengah lesunya produksi kelapa sawit Indonesia.
Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono mengatakan, produksi CPO Indonesia pada Februari 2022 sebesar 3,5 juta ton dan Palm Kernel Oil (PKO) sebesar 302.000 ton.
Jika merujuk pada produksi Januari, angka itu lebih rendah lantaran di bulan Januari volume produksi CPO tercatat sebesar 3,8 juta ton dan PKO 365.000 ton.
Begitu pula dengan produksi pada Februari yang rendah lantaran faktor musiman. Kendati begitu kata Mukti Sardjono, di tengah produksi yang lesu, harga CPO dunia mengalami kenaikan.
Harga rata-rata CPO CIF Rotterdam pada bulan Februari 2022 mencapai USD 1.522 per ton atau ebih tinggi dari harga Januari USD 1.358/ton. Harga KPBN FOB untuk Februari Rp 15.532 per kilogram, naik dari posisi Januari yang hanya Rp 14.811 per kg.
"Harga tinggi ini disebabkan karena produksi minyak nabati dunia tidak seperti yang diharapkan. Terutama kedelai di Amerika Selatan," kata Mukti dalam keterangannya, dua hari lalu.
Mukti bilang, harga yang tinggi ini juga berdampak pada konsumsi dan ekspor. Konsumsi dalam negeri untuk pangan di Februari hanya 489.000 ton, atau turun 17,3 persen dibanding Bulan Januari 2022 lalu.
Tercatat, konsumsi oleokimia Februari 178.000 ton dan biodiesel 710.000 ton yang dibandingkan dengan di Bulan Januari masing-masing turun sebesar 2,7 persen dan 3 persen.
Namun, hal itu berbanding terbalik dengan total ekspor sawit di Februari yang hanya mencapai 2 juta ton, atau lebih rendah dibandingkan dengan bulan Januari 2,1 juta ton.
"Meskipun harga bergerak naik, nilai ekspor minyak sawit di Februari hanya mencapai USD 2,799 juta, lebih rendah 0,6 persen dari nilai bulan Januari sebesar USD 2.816 juta," kata dia.
Mukti mengatakan, penurunan ekspor yang besar terjadi untuk tujuan Afrika, dari 278.000 ton di bulan Januari menjadi 134,7 di Februari. Hal yang sama juga terjadi untuk tujuan Filipina, dari 63.000 ton di bulan Januari menjadi 28.000 ton di Februari.
Begitu juga untuk tujuan Rusia turun dari 69.000 ton pada Januari menjadi 64.000 ton di Februari. Lain halnya ekspor ke Ukraina yang masih fluktuatif dengan rata-rata bulanan pada 2021 sebesar 25.000 ton. Pada Januari 2022, ekspor ke Ukraina turun menjadi hanya 256 ton sedangkan pada Februari pulih dan mencapai 15,2 juta ton.
"Lain halnya dengan tujuan ekspor Belanda, China, India, Bangladesh dan Malaysia yang naiknya cukup besar. Ekspor ke Belanda di Februari mencapai 184,41 ribu ton dari 128,27 ribu ton di Januari. Sedangkan untuk China mencapai 240,3 ribu ton dari 197,4 ribu ton di Januari. Begitu pula dengan tujuan India dari 290,2 ribu ton di Januari naik menjadi 249,9 ribu ton di Februari. Untuk Bangladesh yang tadinya di 87,6 ribu ton naik menjadi 124,0 ribu ton, dan Malaysia naik 249,9 ribu ton dari 180,4 ribu ton," pungkasnya.







Komentar Via Facebook :