https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Praktik Sawit Lestari, Perkuat Ekonomi Petani Lokal

Praktik Sawit Lestari, Perkuat Ekonomi Petani Lokal

Kuntoro Boga Andri, Direktur Hilirisasi Hasil Perkebunan, Dirjendbun.(Ist)


Jakarta, elaeis.co - Dengan praktik sawit lestari, petani lokal nikmati hasil lebih tinggi, lingkungan terjaga, dan ekonomi desa makin mandiri. 

Indonesia makin menunjukkan komitmennya dalam praktik sawit lestari yang ramah lingkungan sekaligus memberdayakan petani lokal. Kuntoro Boga Andri, Direktur Hilirisasi Hasil Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, menekankan bahwa penerapan sawit berkelanjutan tidak hanya menjaga ekosistem, tetapi juga mendorong ekonomi masyarakat.

“Praktik sawit lestari mencakup pengendalian hama alami, pengolahan limbah ramah lingkungan, dan peningkatan produktivitas. Tujuannya jelas: petani untung, ekosistem terjaga,” kata Kuntoro.

Salah satu inovasi yang diterapkan adalah pengendalian hama tikus dengan burung hantu Tyto alba. Setiap 25 hektare lahan kini dilengkapi rumah bagi predator alami ini, yang mampu memangsa tiga hingga lima tikus per hari. Sedangkan hama ulat api dikendalikan melalui serangga predator Sycanus, yang dilestarikan melalui bunga refugia. Metode ini mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia sekaligus menjaga biodiversitas perkebunan.

Selain itu, prinsip nol limbah dan energi terbarukan mulai diterapkan di sektor sawit. Limbah padat seperti tandan kosong dan cangkang sawit dikembalikan ke kebun sebagai mulsa atau dijadikan biomassa untuk pabrik. Limbah cair POME kini diolah menjadi biogas, menekan emisi gas rumah kaca dan memasok listrik hijau bagi masyarakat lokal.

Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) juga jadi kunci meningkatkan ekonomi petani. Petani kecil mendapat bibit unggul untuk mengganti tanaman lama, sehingga Tandan Buah Segar (TBS) per hektare meningkat dari 3–5 ton menjadi 8–10 ton. Dengan hasil panen yang lebih tinggi, pendapatan petani lokal meningkat tanpa perlu menambah lahan baru.

Praktik sawit lestari ini didukung sertifikasi RSPO dan ISPO. Contohnya, Koperasi Petani Sawit Lepan Jaya di Langkat, Sumatera Utara, berhasil meraih sertifikasi RSPO pada 2024 setelah 250 anggotanya menerapkan standar perkebunan berkelanjutan di 368 hektare. Pendampingan Sawit Terampil membantu petani mengelola kebun, mengurangi pupuk kimia, mengolah limbah, dan memastikan legalitas kebun seperti pendaftaran STDB.

Kuntoro menegaskan, praktik sawit lestari berdampak positif ganda: ekologi dan ekonomi lokal. “Tanah sehat dan ekosistem terjaga membuat produktivitas meningkat, pendapatan petani naik, dan kualitas hidup masyarakat desa membaik,” jelasnya.

Transformasi ini juga meningkatkan citra Indonesia di mata dunia. Direktur Jenderal FAO, Qu Dongyu, meninjau perkebunan sawit berkelanjutan di Riau dan memberikan Agricola Medal sebagai apresiasi atas komitmen Indonesia menjaga keberlanjutan sektor sawit.

Dengan kombinasi praktik pertanian berkelanjutan, sertifikasi internasional, dan program pendampingan, praktik sawit lestari di Indonesia membuktikan bahwa menjaga lingkungan dan memperkuat ekonomi petani lokal bisa berjalan seiring.


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :