Berita / Bisnis /
Potensi Karbon Aktif di Bengkulu Capai 10 Ribu Ton
Ketua KADIN Provinsi Bengkulu, Ir Marwan Ramis.
Bengkulu, elaeis.co - Provinsi Bengkulu memiliki potensi karbon aktif dari cangkang sawit. Bahkan daerah ini diperkirakan mampu menghasilkan karbon aktif lebih dari 10 ribu ton per bulannya.
Hal ini disampaikan Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Provinsi Bengkulu, Ir Marwan Ramis.
Marwan mengatakan, dari potensi itu Bengkulu bisa meraup duit di atas Rp 40 miliar. Sayangnya potensi yang terbilang cukup besar itu belum dimanfaatkan. Sebab belum ada perusahaan di Bengkulu menekuni bisnis tersebut.
"Padahal bisnis karbon aktif memiliki pangsa pasar yang cukup besar di dunia. Tapi tidak ada perusahaan yang menekuni bisnis ini di Bengkulu," kata Marwan, kemarin.
Marwan menjelaskan, karbon aktif atau dikenal dengan arang aktif ini merupakan material amorf berkarbon yang memiliki luas permukaan yang besar dibangun oleh struktur pori internalnya melalui proses karbonasi dan aktivasi.
Kegunaan arang aktif juga sangat banyak. Terutama untuk sektor industri seperti pengolahan air, makanan dan minuman, rokok, bahan kimia, sabun, lulur, sampo, cat dan perekat, masker, alat pendingin, otomotif), kesehatan (penyerap racun dalam saluran cerna dan obat-obatan), lingkungan (penyerap logam dalam limbah cair, penyerap residu pestisida dalam air minum dan tanah, penyerap emisi gas beracun dalam udara, meningkatkan total organik karbon tanah, mengurangi biomassa mikroba dan agregasi tanah) dan pertanian.
"Jadi sangat banyak kegunaan dari karbon aktif atau arang aktif ini," ujar Marwan.
Di Bengkulu sendiri, karbon aktif bisa diproduksi dari bahan yang terbarukan, dan lebih murah salah satunya berbahan cangkang sawit. Bahkan menurutnya produk sampingan dari kelapa sawit tersebut bisa menjadi karbon aktif dengan kualitas terbaik.
"Beberapa negara seperti Swedia sangat berminat memesan karbon aktif dari cangkang sawit ini. Sayangnya, selama ini banyak perusahaan hanya mengekspor cangkang sawit dalam bentuk bahan baku tanpa proses pengolahan lebih lanjut. Padahal kalau menjadi karbon aktif, harganya lebih mahal lagi dibanding cangkang sawit," kata Marwan.
Jika dikalkulasikan, harga cangkang sawit saat ini hanya sekitar Rp 750 sampai Rp 1.000 per kilogram. Sementara kalau diolah menjadi karbon aktif bisa mencapai mencapai Rp 8.000 hingga Rp9.000 per kilogramnya.
"Saya pikir ini adalah potensi yang sangat luar biasa dan wajib untuk digarap oleh daerah," ujarnya.
Sementara itu, Founder PT Mas Inti Persada, Anne Sri Arti mengatakan, kedepan pihaknya tidak lagi hanya mengekspor cangkang sawit, namun juga akan menggarap potensi karbon aktif. Karena menurutnya karbon aktif memiliki prospek yang cukup baik di pasar dunia.
"Kita akan coba menggarap potensi karbon aktif karena permintaan dari pasar luar negeri terhadap komoditas ini sangat tinggi," ujarnya.







Komentar Via Facebook :