https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

PMTU Mau Dibangun Di Pantai Barat Madina, Begini Persiapannya

PMTU Mau Dibangun Di Pantai Barat Madina, Begini Persiapannya

Kebun sawit rakyat di Madina. foto: Startnews.co.id


Panyabungan, elaeis.co - Pemkab Mandailing Natal (madina), Sumatera Utara, saat ini tengah melobi investor yang bersedia membangun pabrik minyak sawit tanpa uap (PMTU) bersama koperasi petani sawit.

Sejauh ini tim dari Pemkab Madina telah melakukan komunikasi dengan PT Nusantara Green Energy (NGE), anak perusahaan PT Agro Investama, selaku calon investor. Tim juga tengah menginventarisir para petani sawit di kawasan Pantai Barat yang akan menjadi anggota koperasi pemegang saham pabrik.

Wakil Bupati Madina Atika Azmi Utammi Nasution mengatakan, pendirian PMTU merupakan upaya pemda untuk meningkatkan nilai tambah produk sawit sekaligus meningkatkan perekonomian petani.

"Jadi nantinya petani punya dua penghasilan. Selain hasil panen dari kebun, juga menerima tambahan pendapatan yang berasal dari keuntungan pabrik," jelasnya melalui keterangan resmi Dinas Infokom Pemkab Madina.

Menurutnya, terobosan untuk memaksimalkan potensi daerah kadang membutuh waktu dan tenaga yang tidak sedikit. "Itu sebabnya kami berharap support dari masyarakat. Mohon doanya agar tidak ada kendala yang terlalu berarti sehingga PMTU yang kita canangkan dapat segera terbangun," tukasnya.

Staf Khusus Bupati Madina Bidang Ekonomi, Irwan H Daulay, menambahkan, berdasarkan data Dinas Pertanian Madina tahun 2021, Madina memiliki kebun sawit rakyat seluas 19.086 hektare, 15.912 hektare diantaranya berstatus tanaman menghasilkan (TM).

"Para pemilik kebun sawit rakyat akan berhimpun dalam satu atau dua koperasi yang nantinya berperan sebagai pemasok TBS dan sekaligus turut sebagai pemegang saham PMTU ini bersama investor," jelasnya.

Menurutnya, pihak PT NGE meminta Pemkab Madina mempersiapkan pendirian koperasi petani sawit, pertanahan, perizinan, dan sisi perdagangan. Juga memastikan luas kebun sawit rakyat yang berstatus TM. Sebab, untuk pendirian satu pabrik membutuhkan kebun seluas 3.500 hektare dengan harapan tingkat produktivitas tanaman sawit di atas 20 ton TBS per hektare per tahun.

"Jika tidak ada kendala, pembangunan pabrik akan dimulai pada pertengahan 2023," ucapnya.

Kehadiran pabrik ini kelak diharapkan akan meningkatkan pendapatan petani sawit sekaligus dapat memenuhi kebutuhan sendiri minyak sawit bermutu tinggi bermerek lokal yang ramah lingkungan. "Kita juga bisa memasarkannya ke daerah tetangga bahkan ke luar negeri," tukasnya.

Ketua Dewan Riset dan Inovasi Daerah Madina, Irwansyah Nasution, mengatakan, PMTU berbeda dengan PKS (Pabrik Kelapa Sawit) konvensional yang menghasilkan CPO. PMTU disebut dengan istilah SPOT & IRU (Steam-less Palm Oil Teknologi & Impurities Removal Unit), yaitu menggunakan metode dry process (bukan wet process sebagaimana PKS konvensional).

Teknologi PMTU tidak menghasilkan limbah cair sawit (POME). Emisi karbon yang dihasilkan berkisar 79,1% lebih rendah dibandingkan dengan proses model PKS.

"Produk yang dihasilkan disebut SPO (Super Palm Oil) dengan kandungan vitamin dan gizi tertinggi diantara semua jenis minyak makan yang ada. Turunan dari SPO ini disebut functional products karena bisa menurunkan angka kekurangan gizi dan stunting (kerdil)," paparnya.

Pabrik pertama PMTU sedang dibangun PT NGE di Kabupaten Batang Hari, Provinsi Jambi, bersama koperasi petani sawit dan ditargetkan sudah berproduksi tahun ini.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :