Berita / Nusantara /
Pihak Anti Sawit Disebut Sedang Menunggu Hidayah dari Tuhan
Prof Dr Yanto Santosa, Guru Besar IPB (Tangkapan layar)
Jakarta, Elaeis.co - Nasib kelapa sawit ibarat nasib anak tiri yang sering dimuat di sinetron-sinetron Indonesia: banyak berbakti dan memberikan kontribusi yang besar, namun tetap didiskriminasi. Yang mengerikan, diskriminasi yang dialami sawit dilakukan pihak yang berpengaruh.
"Sawit ini benar-benar seperti anak tiri yang sudah berbakti tapi tetap didiskriminasi. Pelaku diskriminasi itu punya kekuasaan. Contoh FAO (Food and Agriculture Organization), badan di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang menolak mengkategorikan sawit ke dalam tanaman hutan," kata Prof Dr Yanto Santosa, Guru Besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB).
Hal itu dikatakan Prof Yanto -demikian biasa ia disapa- dalam webinar bertajuk AKSI (Academy & Award Kreatif Sawit Indonesia) 2021 yang digelar oleh Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) dan dihadiri ratusan peserta yang didominasi oleh para mahasiswa, Sabtu (20/11/2021) pagi.
Ia merasa sangat heran sekaligus lucu melihat sikap FAO tersebut. Sebab, tanaman yang terkategori sebagai keluarga palma seperti aren, pinang, kurma, dan lainnya, disebut FAO masuk dalam kategori tanaman hutan.
"Tapi sawit yang juga adalah keluarga palma dan lahir dari hutan-hutan di kawasan Afrika Barat, justru ditolak masuk dalam tanaman hutan," kata Yanto.
Pihak berikutnya yang menolak sawit, kata Prof Yanto, yakni Uni Eropa dan pihak-pihak pendukungnya yang umumnya kaki tangan produsen minyak nabati non sawit.
Namun yang membuat lebih miris, kata Prof Yanto, yang menolak sawit juga ada di dalam lingkup pemerintah Indonesia sendiri. Yakni Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Ia mengaku bingung bagaimana KLHK begitu ngotot menolak kelapa sawit, termasuk bila dikategorikan sebagai tanaman hutan. Banyak kategori yang dipersyaratkan KLHK untuk menyebutkan sebuah tanaman menjadi tanaman hutan, seperti untuk ketinggian dan umur tanaman.
"Sawit sudah banyak memenuhi syarat dari KLHK. Kalau soal tinggi pohon, sawit malah bisa sampai 20 meter, usianya malah bisa lebih tua dan lebih panjang hidup dari tanaman lain, termasuk bila dibanding dengan aren yang justru dikategorikan sebagai tanaman hutan," kata Prof Yanto.
Seluruh sumbangsih sawit, kata Yanto, seperti tak pernah dianggap oleh FAO, KLHK, dan pihak-pihak anti sawit. Padahal semua tuduhan terhadap sawit, seperti isu rakus air dan terkait karbondioksida, bisa dibantah oleh tanaman sawit dengan pembuktian yang sangat ilmiah sesuai tuntutan pihak anti sawit.
"Tetapi mereka tetap menolak sawit. Mereka begitu membenci sawit. Mungkin mereka sedang menunggu hidayah dari Tuhan agar mampu melihat dan berfikir secara jernih terkait sawit," tegas Prof Yanto.







Komentar Via Facebook :