https://www.elaeis.co

Berita / Kalimantan /

Petani Sawit Swadaya Kalteng Terima Manfaat SLKS Besutan WEI

Petani Sawit Swadaya Kalteng Terima Manfaat SLKS Besutan WEI

Petani swadaya di Kelurahan Pasir Putih mengikuti program Sekolah Lapangan Kelapa Sawit. foto: WEI


Kotawaringin Timur, elaeis.co  - Petani kelapa sawit swadaya di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, tuntas mengikuti program Sekolah Lapangan Kelapa Sawit (SLKS) sebagai langkah menuju praktik pertanian yang lebih baik.

Sedikitnya 45 orang pekebun di sana digembleng selama tiga bulan, yang difasilitasi oleh Widya Erti Indonesia (WEI) dengan dukungan PT Agro Bukit Central Kalimantan (ABCK). Lewat pendekatan belajar langsung di kebun, para petani dikenalkan dengan prinsip Good Agricultural Practices (GAP).

“Diperkenalkan konsep keberlanjutan seperti NDPE (No Deforestation, No Peat, No Exploitation), serta teknik pemupukan ramah lingkungan. Mereka mengakui baru pertama kali mendapatkan pelatihan seperti ini,” terang Nanda Yulfi, selaku Communication Officer WEI, Sabtu (21/6).

Menurutnya, hasil pelatihan itu menunjukkan peningkatan pengetahuan peserta yang sangat signifikan. Berdasarkan pre-test dan post-test, capaian normalized gain mencapai rata-rata 84,73%, mengindikasikan efektivitas pelatihan dalam membangun kapasitas petani.

Sebagian peserta juga mulai menerapkan inovasi sederhana seperti penggunaan pupuk organik cair (POC) dan pengendalian hama berbasis hayati. Diungkapkannya, ada dua kelompok belajar aktif terbentuk dalam proses ini yakni kelompok Margo Mulyo dan Maju Jaya Bersama.

Keduanya menunjukkan inisiatif untuk terus belajar dan tumbuh sebagai cikal bakal kelembagaan tani yang lebih mandiri. Meski semangat belajar tinggi, beberapa peserta kesulitan hadir secara konsisten karena harus menyeimbangkan waktu antara pelatihan dan pekerjaan kebun, terutama saat musim panen.

Terpisah, General Manager PT ABCK, Ahmad Wildan, mengatakan bahwa inisiatif seperti SLKS menjadi bagian penting dalam memperkuat posisi petani dalam rantai pasok. “Petani swadaya adalah mitra strategis. Ketika mereka mendapatkan akses pelatihan dan pendampingan yang tepat, mereka bukan hanya mengikuti arus, tetapi juga bisa memimpin perubahan,” tegasnya.

Program ini juga menghasilkan sejumlah rekomendasi untuk penguatan ke depan, antara lain mendorong pembentukan kelembagaan petani berbasis kelompok belajar, memperkaya materi pelatihan dengan pendekatan pertanian regeneratif dan adaptasi iklim, serta mengembangkan skema insentif bagi petani yang berkomitmen pada penerapan prinsip NDPE.

Dengan pendekatan ini, model SLKS diharapkan dapat direplikasi di wilayah lain dan menjadi rujukan dalam penguatan peran petani swadaya untuk mendukung transformasi keberlanjutan di sektor sawit rakyat Indonesia.

 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :