Berita / Sumatera /
Petani Sawit Sumbersari Diajak Genjot Produksi dan Atasi Hama Kumbang Tanduk dengan Bahan Alami
Mahasiswa membantu petani membuat pestisida nabati. Foto: dok. Unila
Bandarlampung, elaeis.co – Perkebunan sawit di Desa Sumbersari, Kecamatan Padang Ratu, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung, diserang hama dalam beberapa tahun terakhir.
Harapan petani bisa mendapatkan hasil panen sawit yang maksimal pupus karena banyak tanaman sawit tidak berbuah bahkan mati akibat serangan kumbang tanduk atau Oryctes rhinoceros.
Terinspirasi oleh permasalahan ini, Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Lampung (Unila) Periode 1 2025 melakukan Sosialisasi dan Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit Sebagai Pestisida Alami Bersumber Nabati dan Mikroorganisme Lokal untuk menanggulangi serangan hama kumbang tanduk.
Dalam kegiatan ini, mahasiswa KKN bekerja sama dengan perangkat desa serta sejumlah dosen ilmu kimia dari Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unila. Masing-masing Syaiful Bahri MSi, Dr Sonny Widiarto, Rinawati PhD, Dr Yuli Ambarwati, dan Devi Nur Anisa MSc. Selain memaparkan materi di kelas, para pakar ini juga mendemonstrasikan cara pembuatan pupuk dan pestisida alami.
Kegiatan ini merupakan salah satu program kerja oleh kelompok KKN Desa Sumbersari yang terdiri dari Prabu Sriwijaya Soedjadi, Andi Kurniawan, Sherina Rachmadani, Dela Sylviayani, Gustina Wulan Sari, Bulan Surya Ramadhani, dan M Azizan Habibi, dengan dosen pembimbing Ubaidai MT.
Pembuatan pestisida alami untuk menanggulangi hama kumbang tanduk dilakukan dengan pengembangbiakan jamur metarizium anisopliae sebagai agen penginfeksi hama yang telah menjangkit tanaman sawit.
Pelaksanaan kegiatan diawali dengan pembahasan mengenai pH air yang kian hari mengalami fluktuasi karena curah hujan yang tinggi dan mempengaruhi bagaimana tumbuhan dapat bermetabolisme untuk menghasilkan buah sawit. Permasalahan pH tersebut dapat diatasi dengan pembuatan pupuk organik dengan bahan limbah sawit cair, daun sambiloto, buah bintaro, tembakau, serta daun pepaya. Telah dilakukan penelitian di Jurusan Kimia FMIPA Unila bahwasanya pembuatan pupuk sangat efektif dengan hasil yang dapat dilihat setelah 8 bulan ke depan.
Selanjutnya, dilakukan pembuatan pestisida dalam mendukung peningkatan produksi setelah pemupukan dengan memanfaatkan puntung rokok sebagai bahan utama. Dibutuhkan puntung rokok yang telah dibakar, bagian yang telah terbakar diambil, kemudian dikumpulkan dan diseduh dengan menggunakan air panas dengan metode pengenceran dengan perbandingan 1 : 15.
Salah satu mahasiswa KKN, Prabu Sriwijaya Soedjadi memaparkan bahwa kegiatan ini bertujuan meningkatkan hasil produksi tanaman sawit masyarakat di Desa Sumbersari. “Selain untuk tanaman sawit, pupuk dan pestisida yang telah dibuat juga dapat dimanfaatkan untuk tanaman komoditas yang ada di Desa Sumbersari seperti singkong, terong, cabai, ataupun pepaya,” sebutnya dalam keterangan tertulis Humas Unila dikutip elaeis.co Rabu (5/2).
Sehubungan dengan pupuk organik yang telah dipelajari serta dibuat, mahasiswa berharap efek samping pada penggunaan pestisida maupun pemupukan secara kimiawi di kebun sawit masyarakat dapat berkurang. “Secara garis besarnya kami menginginkan adanya penurunan efek samping penggunaan pupuk ataupun pestisida kimiawi terhadap lahan pertanian masyarakat,” jelasnya.
Terdapat rencana tindak lanjut setelah diadakan sosialisasi ini yaitu terdapat pemantauan terhadap lahan sawit yang telah diberikan pestisida dan pupuk organik yang telah dihasilkan dalam sosialisasi ini. Pemantauan akan dilakukan dalam rentang waktu 8 bulan ke depan secara intens dengan berkomunikasi dengan Kepala Desa Sumbersari.
Dengan kegiatan ini, diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan ilmu yang telah bersama-sama dipelajari serta memunculkan kemandirian untuk membuat pupuk dan pestisida organik sehingga dapat menurunkan efek samping kerusakan pada lahan pertanian.







Komentar Via Facebook :