https://www.elaeis.co

Berita / Pojok /

Petani Sawit Mandiri ber-PKS Mini

Petani Sawit Mandiri ber-PKS Mini

Prof. Sudarsono Soedomo. foto: ist


Rendahnya harga Tandan Buah Segar (TBS) yang diterima oleh petani sawit mandiri, sebagai imbas larangan ekspor CPO beberapa waktu yang lalu, telah membangkitkan pemikiran perlunya petani sawit mandiri memiliki pabrik kelapa sawit (PKS) sendiri. 

Harga TBS yang diterima petani sawit bermitra juga turun, tetapi masih lebih tinggi dibandingkan dengan harga TBS yang diterima petani sawit mandiri. Keinginan petani sawit mandiri memiliki PKS sendiri adalah masuk akal dan oleh karena itu perlu didukung.

Ada paling sedikit dua keuntungan bagi petani sawit mandiri yang memiliki PKS sendiri. Pertama, ketika terjadi penurunan harga CPO, maka tunda jual terjadi pada CPO yang lebih tahan disimpan dibandingkan TBS. 
Kedua, nilai tambah dari pengolahan TBS menjadi CPO dapat menjadi sumber pendapatan baru. Jika PKS yang dimaksud bekerja efisien, maka petani sawit mandiri akan menghadapi risiko yang lebih rendah dan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. 

Peningkatan pendapatan melalui nilai tambah ini lebih cocok dibandingkan peningkatan pendapatan melalui perluasan kebun.

Pengembangan PKS Mini perlu didukung agar hambatan memasuki industri produk sawit semakin kecil, sehingga semakin banyak orang yang dapat berpartisipasi. 

Riset di Perguruan Tinggi (PT), khususnya PT Negeri, dan lembaga riset pemerintah perlu memberikan  perhatian khusus pada pengembangan teknologi industri skala kecil yang efisien. 

Dengan cara demikian suatu industri akan mempunyai makna bagi kehidupan rakyat banyak, bukan dimonopoli oleh kalangan yang bermodal besar saja.

Tekad petani sawit mandiri memiliki PKS Mini nampaknya berkesesuaian dengan datangnya era disrupsi teknologi yang semakin cepat. Sangat mungkin industri produk sawit akan lebih banyak dikuasai oleh pemain skala lebih kecil, sehingga manfaatnya dapat dinikmati oleh lebih banyak orang. 

Secara empiris, kita dapat melihat retel skala besar tutup dan perannya digantikan oleh retel skala kecil. Fenomena ini sangat mirip dengan gagasan E. F. Schumacher dalam bukunya small is beautiful yang terbit tahun 1973.

Alangkah indahnya bila pemilik PKS Mini, yang tidak lain adalah petani sawit mandiri, juga bersedia berbagi saham dengan pekerja PKS Mini tersebut. 

Bila hal ini dapat terlaksana, maka bentuk usaha ini mirip dengan bentuk usaha yang didirikan oleh mantan karyawan industri di Kota Rochdale Inggris, yang kemudian dipandang sebagai koperasi pertama di dunia.


Sudarsono Soedomo
Guru Besar Kebijakan Kehutanan, IPB University

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :