Berita / Sumatera /
Petani Sawit Kelimpungan Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari
Kebun sawit di Riau banyak yang tidak dipanen karena harga TBS sangat murah. Foto: Yahya/elaeis.co
Tembilahan, elaeis.co - Ridwan, petani sawit di Desa Sungai Rukam, Kecamatan Enok, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Provinsi Riau, tak henti-hentinya menggerutu. Sudah lebih sebulan dia tak punya penghasilan tetap.
Selama ini keluarganya mengandalkan hasil penjualan tandan buah segar (TBS) sawit dari kebun sendiri. Namun karena belakangan harga sawit anjlok hingga hanya Rp 300/kg, otomatis pendapatannya dari menjual hasil panen tak cukup untuk menutupi kebutuhan dapur.
Menurutnya, harga tidak kunjung stabil sejak larangan ekspor CPO dan minyak goreng diberlakukan pemerintah.
"Meski kebijakan itu sudah dicabut, harga TBS di sini tetap saja murah," katanya kepada elaeis.co, Kamis (14/7).
Saat ini dia dan petani lain di desanya bekerja serabutan supaya dapur tetap mengepul. Alhasil, kebun sawit tidak terawat dan tidak dipanen.
"Harga tidak menjanjikan, tak cukup untuk menutupi kebutuhan ekonomi keluarga karena harga pangan melambung," sebutnya.
Bagi petani yang tidak mendapatkan pekerjaan lain, mau tak mau terpaksa menjual TBS agar bisa membeli beras. "Itu kalau sudah terpaksa. Atau agar pohon sawit tidak rusak," tukasnya.
Dia menilai pemerintah terlalu gegabah mengambil kebijakan untuk mengatasi ulah segelintir oknum mafia minyak goreng yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka. "Mengorbankan hajat hidup orang banyak," ujarnya.
"Yang harusnya diamankan atau diawasi itu oknum yang mencari keuntungan untuk memperkaya diri, baru setelah itu membuat regulasi yang tidak menyulitkan petani dan perusahaan sebagai penyumbang devisa negara," tambahnya.







Komentar Via Facebook :