Berita / Komoditi /
Petani Sawit Jadi Anak Tiri, Pupuk Kimia Mahal dan Langka
Ilustrasi pupuk subsidi. Net
Jakarta, elaeis.co - Pemerintah saat ini dituntut untuk lebih memperhatikan petani kelapa sawit. Khususnya petani swadaya yang mengelola dan memelihara kebun kelapa sawitnya secara mandiri. Salah satu tuntutan petani adalah terkait pupuk. Mulai dari harga hingga ketersediaannya.
Seperti apa yang disampikan Sekjen DPP Apkasindo Perjuangan Drs A Sulaiman H Andi Loeloe. Andi mengatakan keberadaan pupuk kimia di pasaran sudah cukup sulit ditemukan. Terlebih harganya juga mencekik para petani.
"Gimana petani mau merawat kebunnya, jika petani mau beli pupuk tapi tidak ada. Pemerintah perlu memperhatikan ini," katanya kepada elaeis.co, Sabtu (9/4/2022).
Meski tidak masuk dalam daftar sebagai penerima alokasi pupuk subsidi, perkebunan kelapa sawit tetap membutuhkan pupuk. Setidaknya berharap ketersediannya di lapangan. Sebab kata Andi, pupuk adalah nyawa dan nadinya para petani untuk memelihara kebun kelapa sawitnya.
"Sejak awal pupuk subsidi tidak pernah dialokasikan ke perkebunan kelapa sawit. Pemerintah justru kita nilai lupa ada petani-petani kecil yang hanya bergantung pada lahan 1-2 hektar kelapa sawit miliknya. Tentu ini juga butuh perhatian," paparnya.
Jika lantaran harga sawit tinggi sehingga tidak mendapatkan alokasi anggaran subsidi tadi, apakah tidak dilihat bagaimana membengkaknya biaya operasional kelapa sawit lainnya. Seperti dari sektor transportasi pengangkutan hasil panen yang juga memerlukan biaya tinggi dan sebagainya.
Petani sawit terkesan menjadi anak tiri. Sebab, pupuk subsidi hanya diberikan kepada petani palawija. "Jangan hanya tanaman cabe, padi, jagung, palawija saja diperhatikan," cetusnya.
Diinformasikanya, 41 persen dari triliunan yang dikumpulkan oleh Badan Pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) berasal dari perkebunan kelapa sawit. Menurut Andi seharusnya itu dikembalikan ke sektor kelapa sawit.
"Bagaimana kita mau mempertahankan produktifitas tanpa ada dukung seperti ini. Kita berharap pemerintah perhatikan perkebunan kelapa sawit khususnya petani swadaya. Sebab dari 6 juta hektar lahan di Indonesia 4 juta hektar adalah petani plasma mandiri," terangnya.
Meski lebih besar luasannya ketimbang perkebunan kelapa sawit yang dikelola perusahaan, hasil kebun petani swadaya justru sangat minim. Ini lantaran kurang maksimalnya pemeliharaan.

Komentar Via Facebook :