Berita / Serba-Serbi /
Petani Sawit Harus Tegas, Jangan Izinkan Anak Menikah Dini
Ilustrasi. foto: SMAN 3 Pemalang
Bengkulu, elaeis.co - Petani kelapa sawit di Bengkulu diminta tidak mengizinkan anak perempuannya menikah dini. Pernikahan dini sangat berisiko, termasuk rentan menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, Herwan Antoni MKes mengatakan, semua pihak termasuk petani sawit harus mencegah pernikahan anak di bawah umur. "Pernikahan anak tidak bisa begitu saja dilakukan dengan mudah karena sangat berisiko, terutama bagi kesehatan organ genital anak perempuan yang sedang dalam masa perkembangan. Ditambah secara psikis dan mentalnya masih rentan," kata Herwan, Rabu (19/7).
Petani sawit yang hendak menikahkan anaknya yang masih usia dini diminta berfikir panjang demi masa depan dan menyangkut kesehatan serta keselamatan anaknya. Jangan sampai pernikahan anak tersebut nanti membuat keretakan rumah tangga dan KDRT karena psikis atau mental belum siap.
"Kami akan berkoordinasi dengan lintas sektoral untuk menekan angka pernikahan dini yang dapat beresiko tinggi terhadap yang menjalaninya. Terlebih selama ini, banyak kasus stunting yang menimpa anak dari pasangan muda," katanya.
Untuk menekan angka pernikahan dini dan mencegah meningkatnya angka stunting, Pemerintah Provinsi Bengkulu telah bekerjasama dengan Pemda Kabupaten/Kota serta Kantor Agama di Bengkulu. Di mana jika anak atau calon pengantin belum berusia di atas 19 tahun, maka tidak boleh dinikahkan.
"Kami berharap dengan upaya tersebut tidak ada calon pengantin di Bengkulu yang menikah dini," ujarnya.
Menikah dini, yang biasanya terjadi pada usia remaja atau bahkan di bawah usia pernikahan yang sah, berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental para remaja. Dalam beberapa kasus, pernikahan dini juga dapat menghambat akses pendidikan dan kesempatan untuk mencapai potensi penuh dalam berbagai aspek kehidupan. "Dampak negatif lainnya dari menikah dini adalah berhenti sekolah karena harus mengurus anak," tuturnya.
Ia menambahkan, pasangan yang menikah dini seringkali belum matang secara fisik maupun psikologis. "Mereka masih dalam proses pencarian identitas diri dan belum siap menghadapi beban tanggung jawab sebagai pasangan suami-istri," sebutnya.
Herwan berharap petani sawit di Bengkulu dapat berperan aktif dalam membimbing dan memberikan pemahaman yang baik kepada anak-anak mengenai pentingnya menunda pernikahan. Edukasi keluarga ini menjadi kunci untuk mencegah dampak negatif dari pernikahan dini.
"Menikah itu harus siap secara fisik, mental, dan ekonomi," tutupnya.







Komentar Via Facebook :