Tana Paser, elaeis.co - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Paser, Kalimantan Timur, memberi apresiasi atas pelaksanaan workshop yang diselenggarakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) yang berlangsung di Kabupaten Paser 24-27 Juli 2023.

Kegiatan tersebut berkaitan dengan sosialisasi Aplikasi Pengolahan Buah Sawit Menjadi Pra-CPO untuk Peningkatan Daya Tawar Petani Sawit Mandiri di Sentra Perkebunan Sawit Rakyat.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Paser Adi Maulana SSos, mengatakan, tanaman sawit merupakan komoditas primadona bagi sebagian besar masyarakat dan menjadi penyumbang devisa terbesar sektor non-migas di Indonesia. 

"Tercatat sebanyak 218.023 tenaga kerja yang bergelut di perkebunan kelapa sawit di Paser, di mana 86.208 orsng diantaranya merupakan tenaga kerja pola perkebunan rakyat," terangnya, Selasa (25/7).

Menurutnya, sawit dianggap sebagai mata pencaharian yang menjanjikan karena penanaman dan perawatan yang mudah dan hasilnya bisa dinikmati dalam jangka panjang. 

"Sawit adalah salah satu tanaman alami tanpa limbah produksi, karena setiap bagian dari tanaman ini bermanfaat. Diantaranya dapat diolah menjadi berbagai produk olahan rumah tangga, seperti minyak goreng, sabun dan banyak lainnya. Juga bisa diolah sebagai pupuk kompos serta batang yang ditebang menjadi bahan dasar furnitur," ulasnya. 

Berlimpahnya kelapa sawit di Indonesia, kata Adi, menjadikan Indonesia sebagai raja biodiesel dengan produksi 7,9 miliar liter, mengalahkan Amerika dan Jerman. 

"Sawit dinilai sebagai lumbung energi terbarukan. Saat ini, kelapa sawit tengah diupayakan untuk mengalihkan jenis energi utama dunia dari fossil based energy menjadi renewable green energy," paparnya. 

Berdasarkan data Kementerian Pertanian RI yang diolah Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia memiliki perkebunan kelapa sawit seluas 14,9 juta hektar (ha) pada tahun 2022. 

Sementara itu, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) berada diurutan kelima se-Indonesia dengan luas areal sekitar 1,4 juta ha dengan hasil produksi CPO sebanyak 3.982.723 ton. 

"Untuk perkebunan rakyat dengan luas yang mencapai 268.963 ha bisa memproduksi 576.781 ton CPO," ungkapnya. 

Meski sangat menjanjikan, namun para petani sawit swadaya menghadapi berbagai permasalahan. "Seperti jarak tempuh yang jauh ke pabrik, harga jual ditentukan oleh pabrik kelapa sawit (PKS), TBS mudah rusak di mana umur simpan maksimum selama 24 jam," bebernya.

Kendala lainnya, seperti alur rantai pasok CPO terbilang panjang serta TBS yang dijual kerap masih muda atau terlalu matang sehingga membusuk sampai di PKS. "Ini berimbas pada pendapatan yang diterima petani, tidak sesuai dengan harapan," ujarnya.

Adi menilai, dengan kondisi itu, penting adanya pemahaman agar hasil yang didapat petani jauh lebih meningkat. "Salah satunya melalui kegiatan pelatihan pengolahan TBS menjadi pra-CPO ini," katanya.

"Terima kasih dan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada BRIN dan BPDPKS, semoga acara ini dapat menjadi wadah bagi para petani sawit untuk memperluas wawasan dan dapat bertukar pendapat atau sharing pengalaman secara langsung, baik dengan para narasumber maupun dengan rekan se-profesi, yaitu para petani sawit," tuturnya.

Dia juga menyampaikan harapan agar BPDPKS bisa membantu memfasilitasi pengadaan alat pengolahan atau PKS mini dengan kapasitas 500-700 kilogram TBS per jam bagi petani sawit swadaya. "Agar hasil panen tidak sampai busuk sehingga berdampak pada meningkatnya pendapatan para petani di Paser," jelasnya. 

"Semoga ke depannya semua stakeholder dapat lebih mempertikan para petani sehingga hasil panennya dapat lebih meningkat dari segi kuantitas, mulai dari penanaman hingga replanting tanaman sawit yang tidak produktif lagi," tutupnya.