Berita / Serba-Serbi /
Petani Sawit Diingatkan Tak Tergiur Pinjol
Ilustrasi/CNNIndonesia
Bengkulu, elaeis.co - Petani sawit di Provinsi Bengkulu diingatkan untuk berhati-hati terhadap tawaran pinjaman online (Pinjol) yang marak beredar di internet. Sebab, pinjaman tersebut hanya akan merugikan para petani.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bengkulu, Hamka Sabri meminta para petani sawit harus lebih waspada dan teliti dalam memilih sumber pinjaman agar tidak menjadi korban penipuan.
"Kami mendapatkan laporan tentang maraknya Pinjol yang menargetkan para petani sawit di Bengkulu. Saya mengingatkan agar para petani tidak mudah tertarik dengan tawaran Pinjol. Lakukan riset dan periksa dengan teliti sebelum mengajukan pinjaman," kata dia, kemarin.
Jika tidak teliti, tawaran pinjaman online memang menjanjikan. Sebab persyaratan awal yang ditawarkan gampang dan tanpa jaminan apapun.
Namun, realitanya setelah mengajukan pinjaman bermodalkan data pribadi, potongan biayanya sangat tinggi serta suku bunga yang tidak masuk akal.
"Pinjaman online ini seringkali mengecoh calon peminjam dengan iming-iming persyaratan yang mudah dan suku bunga rendah. Tetapi setelah proses aplikasi selesai, mereka akan dikenakan biaya administrasi yang tidak wajar dan suku bunga yang jauh di atas ketentuan perundangan," kata Hamka.
Selain itu, pinjaman online juga seringkali tidak terdaftar di otoritas keuangan. Oleh karena itu, para petani sawit harus selalu memeriksa legalitas penyedia pinjaman sebelum melakukan transaksi.
"Saya mengimbau petani sawit untuk melakukan verifikasi terhadap legalitas dan izin penyedia pinjaman online sebelum mengajukan pinjaman. Jangan ragu untuk bertanya kepada otoritas keuangan jika merasa ada ketidakjelasan terkait legalitas perusahaan pinjaman," tegas Hamka.
Pemerintah Provinsi Bengkulu juga berjanji akan meningkatkan sosialisasi dan edukasi terkait pinjaman online kepada masyarakat, khususnya para petani. Langkah ini dinilai dapat meningkatkan kesadaran tentang risiko penipuan dalam dunia perbankan digital.
"Kami akan berkoordinasi dengan pihak berwenang dan instansi terkait untuk meningkatkan sosialisasi dan edukasi mengenai pinjaman online. Kita juga berharap agar para petani dapat lebih waspada dan bijaksana dalam memanfaatkan layanan keuangan digital demi keselamatan dan keberlangsungan ekonomi," harap Hamka.
Hamka meminta agar para petani sawit menggunakan layanan pinjaman resmi yang disediakan oleh bank atau lembaga keuangan terpercaya demi menghindari risiko penipuan.
"Sebagai alternatif, para petani dapat mengajukan pinjaman melalui lembaga keuangan resmi yang telah terdaftar di otoritas keuangan. Pastikan untuk membaca ketentuan dan syarat pinjaman dengan cermat untuk menghindari kesulitan di masa mendatang," saran Sekda.
Dalam menghadapi era digital yang semakin maju saat ini, kesadaran tentang keamanan dan proteksi data pribadi menjadi kunci utama untuk menghindari penipuan dan kebocoran informasi.
Oleh karena itu, petani sawit juga diingatkan untuk selalu menjaga kerahasiaan data pribadi dalam setiap transaksi online.
"Keamanan data pribadi sangat penting dalam transaksi online. Pastikan untuk menggunakan koneksi internet yang aman dan tidak membagikan informasi pribadi, seperti nomor rekening dan KTP, kepada pihak yang tidak terpercaya," pungkasnya.







Komentar Via Facebook :