Berita / Sumatera /
Petani Pilih Tanam Sawit, Produksi Jagung di Mukomuko Anjlok Tajam
Kolase FGD Penerapan Budidaya Tanaman Pangan Komoditas Jagung Speslok di Provinsi Bengkulu. Foto: BSIP Bengkulu
Bengkulu, elaeis.co – Badan Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BSIP) Provinsi Bengkulu melaksanakan diskusi terpumpun atau FGD Penerapan Budidaya Tanaman Pangan Komoditas Jagung Speslok di Provinsi Bengkulu.
FGD ini dilaksanakan di Aula Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Mukomuko dan dihadiri oleh Kadis Pertanian Kabupaten Mukomuko, Koordinator penyuluh, Kepala Bidang Penyuluhan, Kasie Perbenihan, Kasie Produksi, pelaku usaha tani jagung, PT Syngenta Seed Indonesia, toko pertanian dan usaha pelayanan jasa alsintan (UPJA).
Kepala BPSIP Bengkulu, Dedy Irwandi menyampaikan bahwa kegiatan FGD serupa telah lebih dulu dilaksanakan di Kabupaten Bengkulu Selatan. “Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tingkat penerapan budidaya tanaman pangan spesifik lokasi komoditas jagung sebagai bahan penyusunan PNPS penerapan budidaya tanaman pangan sesuai persyaratan IndoGAP SNI tentang cara budidaya jagung yang baik,” paparnya dalam keterangan resmi BSIP Bengkulu dikutip elaeis.co Ahad (5/1).
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Mukumuko Pitriyani Ilyas mengucapkan terima kasih atas perhatian BSIP pada pelaksanaan berbagai program yang dilaksanakan di Kabupaten Mukomuko. Dia lantas menyampaikan, pada tahun 2021 produksi jagung di Kabupaten Mukomuko sekitar 9.028 ton.
“Namun anjlok di tahun 2022 menjadi hanya 3.875 ton dan tahun 2023 hanya sebanyak 1.546 ton. Penyebabnya karena alih fungsi lahan,” ungkapnya.
“Pilihan instan yang dilakukan petani yakni menanam sawit, sehingga ketahanan pangan semakin bergeser dan dominan di sektor perkebunan. Salah satu kendala adalah irigasi yang tidak sampai pada lahan-lahan sawah,” tambahnya.
Dia berharap FGD tersebut menjadi jalan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi petani setempat. “Melihat realita yang ada, pengadaan bantuan benih jagung dan dengan adanya FGD hari ini akan mendongkrak kembali semangat poktan untuk menanam jagung sehinga target dapat tercapai,” tukasnya.
Penanggung jawab kegiatan, Wahyuni Amelia Wulandari kemudian menyampaikan hasil survey terkait data kesesuaian penerapan teknologi budidaya jagung dataran rendah speslok Kabupaten Mukomuko dan hasil diskusi dengan para petani jagung.
Beberapa kesimpulan yang dihasilkan dalam FGD ini yakni rata-rata panen jagung sebelumnya bisa mencapai 6 ton/ha sehingga sebaiknya input ke tanah juga dikembalikan berupa bahan organik agar selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan kembali produksi pertanian. Di Kabupaten Mukomuko juga sudah ada beberapa petani komoditas hortikultura dan pangan yang sudah mulai menerapkan pemanfaatan bahan organik.
“Saat ini semakin banyak kegiatan pertanian membutuhkan kontribusi petani milenial. Karena itu, petani milenial harus lebih semangat,” pungkasnya.







Komentar Via Facebook :