https://www.elaeis.co

Berita / PSR /

Petani Pilih Jual Kebun Sawit Ketimbang Ikut Replanting

Petani Pilih Jual Kebun Sawit Ketimbang Ikut Replanting

Petani di Bengkulu memilih menjual kebun yang tidak produktif dari pada melakukan replanting karena pertimbangan biaya. Foto: Sangun/elaeis.co


Bengkulu, elaeis.co – Banyak petani di Bengkulu lebih memilih menjual kebun kelapa sawit yang sudah tidak produktif dibandingkan melakukan peremajaan atau replanting. Mereka menilai lahan yang sudah pernah ditanami kelapa sawit tidak subur seperti sebelum ditanami tanaman itu.

Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia  (HKTI) Provinsi Bengkulu, Bando Amin mengatakan, rata-rata petani kelapa sawit yang tanamannya telah berusia di atas 20 tahun tidak tertarik melakukan replanting meskipun ada program dari pemerintah.

"Itu bisa jadi bencana bagi mereka. Kalau nekat menanam di lahan yang sama, maka risikonya kalau tumbuh, buahnya tidak akan lebat," kata Bando, Kamis (25/7).

Selain itu, petani juga harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit karena harus membayar upah tebang pohon kelapa sawit dan menyewa alat berat untuk mencabut tunggulnya. Tanpa bantuan alat berat, hal tersebut sangat sulit dilakukan.

"Biayanya untuk menanam kembali itu tidak murah, mencapai jutaan untuk satu hektare," sebutnya.

Kalau pun ikut Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), katanya, BPDPKS hanya memberikan bantuan Rp 30 juta per hektare dan luas lahan yang bisa diikutsertakan maksimal 4 hektare.

“Padahal petani di Bengkulu rata-rata memiliki lahan di atas 4 hektare. Makanya banyak petani lebih memilih menjual kebunnya dibandingkan harus melakukan replanting,” katanya.

"Dana replanting tersebut tidak cukup untuk pemeliharaan kelapa sawit sampai berbuah. Sebab, agar sawit berbuah, tanah perlu diberi nutrisi dengan pupuk. Kalau kebun dijual, mereka tidak perlu repot-repot lagi," tutupnya.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :