Berita / Nusantara /
Petani Malas Manen, Kebun Sawit di Papua Terancam Rusak
Kredit Foto: Istimewa/Elaeis
Papua, elaeis.co - Dampak larangan ekspor bahan baku dan minyak goreng yang diumumkan presiden beberapa waktu lalu, kini harga tandan buah segar (TBS) sawit di Provinsi Papua anjlok hingga Rp2.000/kg. Saat ini TBS petani hanya diharga Rp700/kg.
Bukan hanya itu, kebun kelapa sawit di provinsi yang terletak di pulau paling timur Indonesia itu juga terancam rusak. Sebab petani sudah mulai malas memanen kebun mereka akibat harga merosot.
Ketua DPW Apkasindo Papua, Albert Yoku saat berbincang dengan elaeis.co mengatakan, harga TBS di wilayahnya tidak sebanding dengan biaya proses produksi kebun yang dikeluarkan petani.
"Petani sudah malas dan membiarkan buah sawitnya di batang. Tak di panen-panen. Alasannya, kalaupun dipanen biaya operasional tidak terganti," kata Albert, Kamis (19/5).
Albert mengatakan, pada dasarnya buah sawit tidak boleh bertahan lama di pohon. Minimal, seminggu atau dua minggu sekali harus di panen. "Jika tak dipanen, akan rontok dan busuk. Begitu juga CPO, tak bisa disimpan lama-lama di dalam tanki," kata dia.
Jika dalam satu bulan tidak di panen, Albert memastikan produktivitas dan perkembangan sawit akan terganggu ke depannya.
"Apalagi, sampai dua bulan tak di panen, maka batang sawit tidak akan berbuah lagi. Akhirnya rusaklah kebun kelapa sawit milik petani," ujarnya.
Menegok fenomena itu, Albert berharap pemerintah segera mencabut kebijakan tersebut agar ekspor CPO kembali bisa dilakukan dan proses perkebunan juga berjalan normal seperti biasanya.
"Jika masih kayak gini, dampak terparahnya hilanglah mata pencaharian para petani hingga perekonomian semakin memburuk," pungkasnya.







Komentar Via Facebook :