https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Petani ini Punya 100 Hektare Kebun Sawit dari Hasil Menabung

Petani ini Punya 100 Hektare Kebun Sawit dari Hasil Menabung

Jonly Sirait memupuk sawitnya di Desa Putak, Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Foto: dokumentasi pribadi


Palembang, elaeis.co - Jonly Sirait (60) tak menyangka bisa punya kebun sawit seluas 100 hektar. Setelah pensiun, kebun itu menjadi tumpuan hidup keluarganya.

Dulunya Jonly bekerja di sejumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Sumatera Selatan. Pekerjaan itu dia jalani sejak akhir tahun 1980-an.

Setelah 10 tahun bekerja, tabungan dari gaji yang disisihkannya lalu dipakai untuk membeli kebun sawit.

"Saat menikahi gadis asal Palembang di tahun 1991, saat itu pula saya membeli perkebunan sawit di Dusun Sidomulyo, Desa Putak, Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muara Enim," kata Ketua DPW Asosiasi Sawitku Masa Depanku (SAMADE) Sumatera Selatan ini kepada Elaeis.co, Rabu (26/1/2022) sore.

Kata dia, saat itu Muara Enim sama dengan daerah lain di Indonesia, sepi dan banyak lahan yang kosong. Ia membeli lahan seluas 10 hektare dan baru ditanam setahun kemudian secara manual. Bibit sawit yang dia tanam tak jelas asal-usulnya atau dikenal dengan istilah Marihat Leles (Mariles).

Setelah tumbuh, kata Jonly, di setiap satu hektar, 25 persen dari pohon sawit yang ditanam adalah varietas Dura. Selebihnya adalah varietas Tenera.

Karena masih terikat dengan pekerjaan dan disibukkan urusan keluarga, kebun itu tidak dikelola dengan baik.

"Tapi saya terus menabung. Secara bertahap, setiap tahun saya membeli lahan seluas 10 hektar. Tanpa sadar, luas lahan saya sudah 100 hektar," kata Jonly.

Setelah pensiun, dia masih disibukkan oleh usaha keluarga yang membuatnya tidak sempat merawat kebun secara maksimal. "Dirawat alakadarnya, namun tetap menghasilkan," katanya.

Pandemi Covid-19 yang melanda sejak awal tahun 2020 membuat usaha Jonly kolaps. Di situlah dia mulai fokus pada kebun sawitnya.

Pengalaman bekerja di perusahaan sawit plus latar belakang pendidikan agronomi dan ilmu tanah membuatnya mampu me-recovery kebun sawitnya secara bertahap.

Kondisi tanah di perkebunan sawitnya diperbaiki sehingga menjadi subur tanpa harus banyak menggunakan pupuk kimia.

"Pohon sawit yang sudah tua sekali dan buahnya sedikit, saya replanting. Tapi kalau masih menghasilkan buah yang banyak, tidak ditebang. Saya menerapkan underplanting, ditanam secara disisip di bawahnya dengan varietas yang baru dan unggul," jelasnya.

Agar tanaman baru bisa tumbuh baik, pria asal Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, ini, rutin memangkas (pruning) pelepah sawit tua supaya tidak menghalangi sinar matahari.

"Dengan underplanting, saya tetap mendapatkan hasil panen dari pohon sawit yang tua sembari menunggu tanaman yang baru bisa panen perdana". 


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :