Pasirpangaraian, elaeis.co - Petani kelapa sawit tidak lagi diberi bagian pupuk subsidi setelah pemerintah tidak memasukkan sawit sebagai komoditas perioritas pupuk subsidi. 

Pembatasan penyaluran pupuk bersubsidi ini diberlakukan pemerintah sebagai imbas dari kenaikan harga pupuk akibat perang antara Ukraina dan Rusia yang menyebabkan terhambatnya pasokan bahan baku ke dalam negeri. 

Sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyebutkan bahwa pemerintah akan memprioritaskan pemberian pupuk bersubsidi untuk komoditas tertentu, yakni padi, jagung, kedelai, bawang merah, cabai, tebu rakyat dan kakao.

Petani sawit sebenarnya bisa memaklumi hal itu lantaran sudah banyak diuntungkan dengan harga tandan buah segar (TBS) yang cukup tinggi saat ini. Jika dibandingkan dengan komoditas lain, tentu harga sawit lebih unggul. 

"Kita tidak mau egoislah. Memang kita akui petani-petani lain lebih membutuhkan alokasi pupuk subsidi ini," ujar Sodikin, salah seorang petani sawit di Kabupaten Rokan Hulu, kepada elaeis.co. 

"Kalau memang buat kami dikurangi atau dihilangkan, kami bisa maklum. Karena memang saat ini harga yang kami dapat juga tinggi. Jadi masih bisa dijangkaulah pupuk nonsubsidi yang sekarang," tambahnya. 

Meski begitu, pria 67 tahun itu berharap agar pendistribusian pupuk nonsubsidi bisa berjalan lancar hingga ke pelosok perkebunan. Sehingga kebutuhan perawatan kebun bisa mudah diakses petani yang berada di pedesaan. 

"Kalau dapatnya mudah, walaupun mahal, kan petani tidak kerepotan. Jangan nanti sudah tak ada subsidi, dapatnya payah pula. Jadi dua kali kena kita kan. Jadi ya itu, kami minta pendistribusian tetap lancar," harapnya. 

Selain itu, ayah empat anak itu juga berharap agar pemerintah bisa mempertahankan harga sawit seperti saat ini. "Jika harga sawit anjlok seperti dulu, petani tidak akan lagi mampu untuk membeli pupuk nonsubsidi," tandasnya.