Berita / Sumatera /
Petani di Bengkulu Ini Lebih Pilih Tanam Pisang Ketimbang Sawit, Ini Alasannya
Petani asal Desa Bukit Menyan Kabupaten Kepahiang, Rahmat Wiyono
Bengkulu, elaeis.co - Petani asal Desa Bukit Menyan Kabupaten Kepahiang, Rahmat Wiyono (41) lebih memilih menanam pisang ketimbang kelapa sawit. Alasannya sederhana, perawatan tanaman pisang menurutnya lebih sederhana ketimbang tanaman kelapa sawit.
Menurut Rahmat, banyak keuntungan yang diperoleh dirinya dalam membudidaya pisang. Salah satunya tidak perlu membeli pupuk. Sebab tanaman pisang tidak memerlukan pupuk. Berbeda dengan tanaman sawit yang membutuhkan pupuk.
"Kalau tanaman pisang itu tidak perlu pupuk, nah berbeda dengan tanaman sawit yang kalau tidak diberi pupuk maka produksinya menurun," kata Rahmat kepada elaeis.co, Jumat 2 Februari 2024.
Selain perawatannya yang cenderung mudah, Rahmat mengaku, permintaan pisang di Bengkulu juga tidak kalah dengan kelapa sawit. Bahkan pihaknya sering kesulitan untuk memenuhi permintaan pisang dari pasar.
"Permintaannya cukup tinggi, kami saja selalu kekurangan untuk memenuhi permintaan, jadi kalau ada yang bilang pisang tidak laku itu salah," ujar Rahmat.
Rahmat mengaku, saat ini petani pisang di Kabupaten Kepahiang baru bisa memenuhi pasokan pisang sebanyak 6-7 ton setiap minggunya. Meski jumlah ini tergolong tinggi, namun masih belum cukup untuk memenuhi permintaan pasar, terutama dari pelaku usaha gorengan dan keripik.
"Kami baru bisa memenuhi 6 sampai 7 ton pisang per minggunya, itu saja masih kurang," kata Rahmat.
Menurut Rahmat, harga pisang menurutnya cukup bervariasi. Untuk jenis pisang jantan yang banyak dibudidayakan oleh petani di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu saat ini berkisar antara Rp 2.300 sampai Rp 2.500 per kilogram. Harga tersebut tentu saja menjadi daya tarik tersendiri bagi para petani pisang. Sebab setiap bulan mereka bisa mengantongi pendapatan minimal Rp 5 juta.
"Budidaya pisang jantan itu menjanjikan, karena setiap bulan kami bisa mengantongi pendapatan minimal Rp 5 juta," ungkap Rahmat.
Keunggulan lain dari budidaya pisang jantan adalah waktu panen yang relatif singkat, yaitu 8 bulan. Hal ini berbeda dengan pisang kepok yang membutuhkan waktu panen mencapai 1,5 tahun. "Dengan menanam pisang jantan, petani dapat lebih cepat menikmati hasil usahanya dan meraih keuntungan finansial dalam waktu yang lebih singkat," tutupnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu, Sisardi SPd MM mengatakan, sangat mendukung upaya petani yang mulai membudidayakan pisang jantan. Karena hal itu mendukung ketahanan pangan di Bengkulu. Oleh sebab itu, pihaknya siap memberikan dukungan dan fasilitas kepada para petani yang ingin terlibat dalam budidaya pisang jantan.
"Kami berharap langkah ini bisa mendorong pertumbuhan ekonomi sektor pertanian di Bengkulu dan mengurangi ketergantungan pada produk dari daerah lain," ujarnya.
Menurutnya, melalui inisiatif budidaya pisang jantan, para petani di Bengkulu menunjukkan ketangguhan dan kreativitas dalam menghadapi tantangan ekonomi. Keberhasilan ini tidak hanya menciptakan peluang bisnis baru, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan petani dan perekonomian daerah.
"Apa yang dilakukan petani tersebut tidak hanya menciptakan peluang bisnis baru, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan petani dan perekonomian daerah," pungkasnya.







Komentar Via Facebook :