https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Pertumbuhan Ekonomi Terendah se-Indonesia, Babel Harus Genjot Hilirisasi Timah dan Sawit

Pertumbuhan Ekonomi Terendah se-Indonesia, Babel Harus Genjot Hilirisasi Timah dan Sawit

Timah batangan produksi Babel siap diekspor. Foto: DPMPTSP Babel


Pangkalpinang, elaeis.co - Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (babel) pada tahun 2024 lalu hanya 0,13 persen. Capaian itu menempatkan Babel sebagai daerah dengan pertumbuhan ekonomi terendah se-Indonesia.

Daya beli masyarakat di daerah penghasil timah terbesar itu turun drastis sejak tahun 2023 lalu. Provinsi yang sebelumnya dikenal sebagai daerah yang kaya itu diterpa kasus korupsi terbesar sepanjang republik ini berdiri, yaitu kasus korupsi tata niaga timah senilai Rp 300 triliun. Dampaknya tidak hanya menghempaskan industri timah, namun juga berimbas pada rendahnya pertumbuhan ekonomi di daerah kepulauan ini.

Anggota DPRD Babel, Muhtar Motong, meminta pemerintah daerah tidak menyerah terhadap keadaan. Dia optimis ekonomi Babel bisa tumbuh lebih baik lagi jika pemerintah daerah menyiapkan regulasi dan menjalankan strategi yang tepat.

“Babel ini bumi yang kaya raya, buktinya kita dikorupsi sampai Rp 300 triliun. Angka yang sangat fantastis. Pemda harus mengawal ke mana dana ini larinya, agar kita dapat menyerapnya melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk kemakmuran masyarakat Babel,” katanya dalam keterangan resmi dikutip elaeis.co Senin (27/1).

Dia lantas menyampaikan sejumlah saran untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Babel. Salah satunya meminta pemda mencari sumber pendapatan selain dari pertambangan timah. Misalnya menggenjot produksi komoditi unggulan seperti perkebunan lada, perkebunan sawit, dan perkebunan karet. "Jika dibutuhkan, pemda bisa berikan protect dan insentif, lakukan perbaikan on-farm dan off-farm,” sebutnya.

“Sebaiknya pemda juga segera bekerja sama dengan pihak perguruan tinggi untuk melaksanakan penelitian, analisis situasi saat ini, diantaranya soal ketergantungan pada sawit," tambahnya.

Dia juga mengingatkan bahwa pemda harus bisa menjadi jembatan emas bagi hilirisasi timah dan sawit. Untuk mendapatkan nilai ekonomi yang lebih tinggi, menurutnya, sawit sebaiknya tidak lagi dikirim dalam bentuk minyak sawit mentah atau CPO ke luar daerah. “Justru harus dibalik. CPO dari luar daerah, seperti dari Kalimantan, masuk ke Belitung  kemudian diolah menjadi minyak goreng,” tukasnya.

Hal yang sama juga perlu dilakukan untuk komoditas timah. "Timah nanti keluar Babel tidak boleh lagi dalam bentuk bijih, harus sudah menjadi batangan. Namun dengan catatan, bukan produksi home industry atau industri rumahan karena gampang untuk disalahgunakan," tandasnya.

Sementara itu, Pj Gubernur Bangka Belitung, Sugito, menyebutkan bahwa Pemprov Babel akan melakukan transformasi ekonomi di sektor pertambangan dan non pertambangan untuk membangkitkan perekonomian daerah. "Kita juga akan mengoptimalkan pariwisata dan industri kreatif, termasuk UMKM dan sebagainya," bebernya.


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :