Berita / Sumatera /
Permudah Akses Bantuan dan Naikkan Daya Saing, Petani Sawit Kuansing Dilatih Perkuat Kelembagaan
Pembukaan pelatihan penguatan kelembagaan petani sawit. Foto: MC Riau
Pekanbaru, elaeis.co – Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) dan Ditjenbun Kementerian Pertanian (kementan) kembali melaksanakan pelatihan petani sawit sebagai bagian Program Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Riau.
Pelatihan ini ditujukan bagi petani sawit dari empat kabupaten. Masing-masing Bengkalis, Rokan Hilir, Rokan Hulu, dan Kuantan Singingi (kuansing. Untuk angkatan I, pelatihan difokuskan pada peserta asal Kabupaten Kuansing dengan peserta sebanyak 33 orang.
Kepala Bagian Umum Balai Besar Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (BBPMKP) Kementan, Sutrisno Sipahutar, mengatakan bahwa pelatihan ini merupakan hasil dari sinergi bersama dalam rangka meningkatkan kompetensi petani sawit.
“Tahun ini adalah tahun keempat kami masih dipercaya untuk melanjutkan program penguatan SDM di sektor sawit. Kepercayaan ini membuktikan bahwa pelatihan sebelumnya memberi manfaat nyata dan kini dilanjutkan kembali,” katanya dalam keterangan resmi dikutip Kamis (28/8).
Pelatihan berlangsung mulai 25 Agustus hingga 3 September di Riau. Selama hampir sepuluh hari, para peserta akan mengikuti serangkaian materi yang mencakup teori di kelas hingga praktik lapangan ke perusahaan perkebunan sawit.
“Tujuan utama dari program ini adalah memperkuat kelembagaan petani. Dengan kelembagaan yang kokoh, petani dapat lebih mudah berkolaborasi, mengakses bantuan, serta meningkatkan daya saing usaha mereka,” jelasnya.
Selain itu, peserta juga dibekali pengetahuan mengenai pentingnya kemitraan usaha. Dengan kemitraan yang baik, petani sawit dapat memperoleh kepastian pasar, akses teknologi, hingga peluang pendanaan yang lebih terbuka.
“Dapat kami laporkan bahwa seluruh materi pelatihan kekuatan kelembagaan ini disusun berdasarkan keputusan Dirjen Perkebunan nomor 57 tahun 2023. Untuk jumlah jam pelajaran pelatihan selama 80 jam pelajaran,” jelasnya.
Tujuan lain dari pelatihan ini adalah mengasah keterampilan kepemimpinan dalam kelembagaan. Peserta diharapkan mampu menjadi pemimpin yang mendorong kebersamaan, sekaligus dapat memposisikan diri sebagai bagian dari kelompok yang solid.
Tak kalah penting, pelatihan juga berfokus pada peningkatan kemampuan peserta dalam mengelola aspek ekonomi kelembagaan. Dengan keterampilan ini, kelembagaan petani sawit dapat lebih mandiri dan berorientasi pada pengembangan usaha berkelanjutan.
“Sehingga, dari pelatihan ini mereka mendapatkan berbagai materi bermanfaat. Kemudian dilakukan juga kunjungan kerja ke kelompok tani serta overview dan integrasi seluruh materi pelatihan kekuatan kelembagaan,” tambahnya.
Direktur Tanaman Sawit dan Aneka Palma Ditjenbun Kementan, Baginda Siagian, turut memberikan penegasan pentingnya peningkatan produktivitas sawit rakyat. Ia menyebut, dari total 16,83 juta hektare luas perkebunan sawit di Indonesia, sekitar 7,3 juta hektare dimiliki masyarakat.
Menurutnya, kebutuhan minyak nabati, industri hilir, hingga program biofuel nasional seperti B50 sangat bergantung pada kemampuan meningkatkan produktivitas sawit rakyat. Karena itu, penguatan SDM menjadi kunci penting untuk mendukung keberlanjutan industri.
“Artinya kekuasaan terbesar ada di tangan rakyat. Kalau dikelola dengan baik, potensi produktivitas sawit kita bisa mencapai 5 hingga 6 ton per hektare per tahun. Ini angka yang realistis jika pengelolaan petani diperkuat,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Syahrial Abdi, mengungkapkan bahwa kelembagaan petani harus dibangun agar tidak lagi bekerja secara individual. Dengan berkelompok, petani akan lebih kuat dalam jejaring dan dapat bersaing layaknya perusahaan.
“Kalau pengelolaan berhasil dan jejaring terbentuk, maka perkebunan rakyat tidak akan jauh berbeda dengan perkebunan skala besar. Di situ pemerintah melalui BPDP juga memberi akses biaya untuk sarana prasarana,” ungkapnya.
Ia menyebut, dukungan BPDP tidak hanya pada pelatihan dan sarana prasarana, tetapi juga pada pendidikan anak petani sawit. Hingga saat ini, sudah lebih dari 1.900 mahasiswa memperoleh beasiswa dari BPDP di berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
“Kita berharap semakin banyak petani sawit Riau yang mengakses berbagai program peningkatan kapasitas. Dengan begitu, produktivitas sawit dapat ditingkatkan, keberlanjutan perkebunan terjaga, dan kontribusinya terhadap perekonomian Riau semakin besar,” tegasnya.
“Tujuan akhirnya tentu saja agar sawit Riau semakin berdaya saing. Petani kita tidak hanya mampu menghasilkan panen, tetapi juga menjadi bagian dari penggerak ekonomi daerah dan nasional,” sambungnya.
Menurutnya, semakin banyak pekebun yang berwawasan luas dan memiliki literasi baik, maka praktik budidaya di lapangan tentu akan semakin membaik. “Pesan dari Pak Gubernur adalah bagaimana pekebun kita bisa diberdayakan. Tidak hanya berkebun dengan mindset masing-masing, tetapi juga membangun kolaborasi. Karena itu, materi pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan nyata petani kita,” ujarnya.







Komentar Via Facebook :