https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Perlindungan Meningkat dan Banyak Duduki Posisi Strategis, Industri Sawit Kini Pro Perempuan

Perlindungan Meningkat dan Banyak Duduki Posisi Strategis, Industri Sawit Kini Pro Perempuan

Pekerja perempuan di perkebunan sawit. Foto: Green Network Asia


Jakarta, elaeis.co – Industri kelapa sawit di Indonesia kini semakin inklusif. Perlahan tapi pasti, wajah sektor yang dulu identik dengan dominasi tenaga kerja laki-laki ini mulai berubah.

Pekerja perempuan tak lagi diposisikan sebagai pelengkap. Mereka kini mendapat ruang yang lebih luas, perlindungan yang lebih kuat, dan peran strategis di berbagai lini.

Transformasi ini sejalan dengan komitmen pemerintah terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG-5), khususnya pada aspek kesetaraan gender.

“Kesetaraan gender bukan hanya kewajiban moral, tapi bagian dari strategi keberlanjutan industri sawit,” ujar Maharani Hapsari, Deputi Perlindungan Hak Perempuan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Senin (21/7).

Langkah nyata ditunjukkan lewat regulasi. Sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) yang diatur dalam Perpres No. 44/2020 dan Permentan No. 38/2020, serta Inpres No. 6/2019 tentang Rencana Aksi Nasional Sawit Berkelanjutan, semuanya menegaskan prinsip non-diskriminasi dan tanggung jawab sosial perusahaan.

Perusahaan sawit kini juga mulai menerapkan Panduan Teknis Perlindungan Hak Pekerja Perempuan, hasil kolaborasi KPPPA, pelaku industri, dan LSM. Di lapangan, hasilnya mulai terasa.

“Sekitar 35% posisi fungsional di perusahaan kami kini diisi oleh perempuan. Mereka bekerja sebagai auditor, staf K3, hingga kepala unit,” ungkap Arifin Widodo, Direktur SDM PT Inti Sawit Nusantara.

Ia menambahkan, beberapa unit bahkan dipimpin oleh perempuan, menandakan kepercayaan dan kapabilitas yang setara.

Fasilitas kerja yang ramah perempuan pun mulai menjadi standar. Ruang laktasi, klinik kesehatan, penitipan anak, hingga kebijakan cuti haid dan kehamilan kini umum ditemukan di perkebunan sawit. Perusahaan juga mulai menyediakan pekerjaan alternatif bagi ibu hamil dan menyusui.

Tak hanya itu, pembentukan Komite Gender menjadi salah satu terobosan penting. Komite ini menjadi wadah aspirasi sekaligus pelindung hak-hak perempuan di lingkungan kerja.

“Di perusahaan kami, Komite Gender aktif mengawal isu diskriminasi dan kekerasan berbasis gender. Ini membuat perempuan lebih berani bersuara,” kata Lina Marlina, Ketua Komite Gender PT Sawit Hijau Lestari.

Meski tantangan seperti praktik diskriminasi dan pelecehan masih terjadi, upaya kolektif terus dilakukan. “Transformasi ini bukan perkara semalam. Tapi industri sawit kita sudah di jalur yang tepat lebih adil, berkelanjutan, dan berperspektif gender,” ujar Mukti Sardjono, Direktur Eksekutif GAPKI.

Perubahan ini menunjukkan bahwa sawit pro-perempuan bukan lagi wacana. Ia kini menjadi gerakan nyata yang menguat, langkah demi langkah.

 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :