Berita / Sumatera /
Perkebunan Sawit Rakyat Pemicu Utama Kenaikan NTP
Ist.
Medan, Elaeis.co - Perkebunan sawit rakyat terus mendorong kenaikan nilai tukar petani (NTP) selama beberapa bulan terakhir tahun 2021 di Sumatera Utara (sumut).
Dari data resmi yang diterima Elaeis.co dari Dinar Butar-butar SE MSi selaku Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Senin (3/1/2021) malam, disebutkan NTP Sumut pada bulan Desember 2021 tercatat sebesar 125,95 atau naik 0,16 persen dibandingkan dengan NTP November 2021 sebesar 125,75.
Kata Dinar, NTP sangat penting karena dari situ bisa diketahui perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib).
“NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi,” jelasnya.
Dalam bahasa awam, NTP berguna untuk melihat berapa besar pendapatan dan pengeluaran petani. Dinar mengatakan, kenaikan NTP Desember 2021 disebabkan oleh naiknya NTP pada empat subsektor. Yaitu tanaman pangan sebesar 0,20 persen, tanaman perkebunan rakyat 0,41 persen, peternakan 0,13 persen, dan perikanan 0,87 persen.
“Yang terbesar dari subsektor perikanan dan yang kedua, seperti sebelum-sebelumnya, subsektor tanaman perkebunan rakyat,” katanya.
Untuk tanaman perkebunan rakyat, Dinar mengatakan nilai tukar petani perkebunan rakyat (NTPR) naik 0,41 persen, yakni dari 159,45 pada bulan November menjadi 160,10 di bulan Desember.
Dari sisi pendapatan petani pun terlihat ada kecenderungan kenaikan. Ini terlihat dari indeks harga yang diterima petani (It) pada bulan November 171,14 menjadi 172,55 di bulan Desember. Dengan demikian It petani di Sumut naik sebesar 0,82 persen.
Tetapi dari sisi pengeluaran relatif stagnan. Ini terlihat dari indeks harga yang dibayar oleh petani (Ib) sebesar 107,33 pada bulan November menjadi 107,77 pada Desember atau hanya naik 0,42 persen.
Kata Dinar, sisi pengeluaran petani di Sumut bisa dilihat dari indeks konsumsi rumah tangga (IKRT) dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM).
“IKRT bulan November sebesar 107,10 naik sebesar 0,18 persen sehingga di bulan Desember menjadi 107,29. Sementara untuk indeks BPPBM mengalami kenaikan yang cukup besar, 1,31 persen. Yakni dari 108,20 di bulan November menjadi 109,61 di bulan Desember,” paparnya.
Dari perkembangan tersebut, Dinar mengungkapkan komoditas yang memberikan andil terbesar terhadap kenaikan NTPR adalah kelapa sawit sebesar 0,61 persen, kopi sebesar 0,13 persen, dan karet sebesar 0,09 persen.







Komentar Via Facebook :