https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Percepat Hilirisasi Perkebunan, Kementan Targetkan Produksi Benih 135 Juta Batang/Tahun

Percepat Hilirisasi Perkebunan, Kementan Targetkan Produksi Benih 135 Juta Batang/Tahun

Direktur Perbenihan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Ebi Rulianti. foto: ist.


Jakarta, elaeis.co – Mendukung program hilirisasi yang diusung pemerintahan Prabowo Subianto, Kementerian Pertanian terus mendorong ketersediaan benih komoditas prioritas.

Direktur Perbenihan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (kementan), Ebi Rulianti, menyebutkan ada tujuh komoditas prioritas hilirisasi. Yakni tebu, kakao, kelapa, kopi, jambu mete, lada, dan pala.

“Prioritas pertama adalah tebu untuk mencapai swasembada gula konsumsi. Kedua kakao, ketiga kelapa, keempat kopi, lalu jambu mete, lada, dan pala,” jelasnya dalam satu kesempatan di Jakarta, Kamis (14/8) lalu.

Meski disebut hilirisasi, menurutnya, Ditjen Perkebunan saat ini menangani dari tahap hulu dengan fokus pada peremajaan, rehabilitasi, dan ekstensifikasi yang semuanya membutuhkan pasokan benih berkualitas dalam jumlah besar.

Tahun ini, Direktorat Perbenihan mulai turun langsung ke lapangan menambah kebun sumber benih bekerja sama dengan BRIN, perguruan tinggi, Balai Proteksi dan Perbenihan Tanaman Perkebunan, serta Badan Perakitan dan Modernisasi Pertanian.

“Kita benar-benar berkoordinasi supaya bisa mendapatkan benih dengan cepat dan kualitas tetap terjaga,” jelasnya.

Seluruh benih di penangkar akan dibeli untuk mendukung target produksi, termasuk pembangunan Kebun Benih Datar (KBD) tebu demi program bongkar ratoon 100.000 hektare per tahun. Langkah percepatan juga ditempuh melalui teknologi kultur jaringan untuk komoditas seperti tebu dari fase G0, G1, hingga G2.

Namun pada kelapa dan kelapa sawit, teknologi ini belum dapat diaplikasikan penuh sehingga pengadaan benih masih dilakukan manual. Untuk sawit, keberadaan pohon induk unggul menjadi krusial mengingat komoditas ini tetap menjadi primadona ekspor dan bahan baku industri hilir seperti biodiesel.

Ebi juga mengungkapkan adanya relaksasi regulasi umur benih kopi dan kakao siap salur, dari maksimal 12 bulan menjadi 18 bulan. Kebun produksi yang dijadikan sumber benih harus memenuhi syarat ketat: asal-usul jelas, varietas teridentifikasi, bebas Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), dan produktivitas tinggi.

Dengan kebutuhan benih yang sangat besar, termasuk tambahan 26.000 Pohon Induk Terpilih (PIT) untuk memenuhi target 135 juta batang per tahun, Kementan mendorong keterlibatan semua penangkar. “Penangkar yang selama ini belum banyak terlibat proyek pemerintah harus dilibatkan juga,” tegasnya.

Menurutnya, hilirisasi perkebunan tidak akan berjalan tanpa dukungan kuat dari tahap hulu. “Benih adalah pintu masuk. Tanpa benih unggul dan cukup, mustahil hilirisasi sawit dan komoditas lainnya bisa sukses,” pungkasnya.

 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :