https://www.elaeis.co

Berita / Komoditi /

Perbudakan Anak Jadi Pekerja Kebun Sawit Musti Dibongkar

Perbudakan Anak Jadi Pekerja Kebun Sawit Musti Dibongkar

Ilustrasi pekerja sawit. Ist


Pekanbaru, elaeis.co - Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) setakat ini terus berupaya melakukan pengawasan terhadap pekerja anak di bawah umur dalam perkebunan kelapa sawit. Bahkan Kemnaker juga berupaya untuk melakukan penghapusan perihal tersebut.

Kondisi saat ini justru santer terdengar masih banyaknya perbudakan di sektor perkebunan kelapa sawit. Hal ini diungkapkan Pengamat Lingkungan, Dr Elviriadi yang justru sempat menggali informasi dari korban perbudakan di sektor perkebunan sawit.

"Ini harus dibongkar. Bukan satu dua tapi ada ribuan pekerja yang menjadi korban. Bahkan dugaan kita masih terjadi hingga saat ini," ujarnya kepada elaeis.co, Rabu (30/3/2022).

Untuk membuktikan hal ini, seharusnya pemerintah membentuk yustisi hukum dan masuk kehutan atau sebuah perusahaan. Tentu dengan persenjataan lengkap.

"Kenapa harus bersenjata lengkap, sebab para mafia perbudakan itu juga mempersenjatai diri. Ini agar para pekerja tadi tidak melarikan diri. Bahkan sarinya kalau lari mereka langsung akan ditembak. Baik anak-anak dan dewasa mereka dikontrak seumur hidup," katanya.

"Saya mendengar cerita ini dari salah satu korban yang berhasil kabur dari sistem perbudakan itu dengan cara pura-pura gila," imbuhnya.

Dikaitkan dengan kasus perbudakan di Sumatera Utara, kata Elvi itu hanya sedikit korbannya. Masih ada ribuan korban di daerah lain yang bisa dikatakan dipenjara di dalam hutan, bahkan menurutnya ada di Riau.

"Untuk itu kita berharap pemerintah lebih peduli dengan kondisi seperti ini," tuturnya.

Untuk membongkar dugaan ini, seharusnya pemerintah melakukan operasi terpadu dengan menyisir baik diperkebunan.

"Modus mereka ini, mereka pergi ke desa dan merekrut warga dengan iming-iming. Baik dewasa dan muda diangkat menggunakan truk dan dikontrak seumur hidup. Warga kita ada yang mengalami hal ini. Ia mendapatkan upah tapi hanya lepas makan saja," terangnya.

"Ini pelanggaran HAM berat. Sudah parah betul ini dan memang harus dibongkar," tandasnya.

Komentar Via Facebook :

Berita Terkait :