Berita / Sumatera /
Penuhi Kebutuhan Operasional, 10 Pondok Pesantren di Pringsewu Patungan Bangun Pabrik CPO
Pabrik minyak kelapa sawit berdiri di Pesantren Madinatul Ilmi di Pekon Gumuk Rejo, Lampung. (Istimewa)
Lampung, elaeis.co - Akhir Januari 2024 lalu, Pj Bupati Pringsewu Adi Erlansyah meresmikan sebuah pabrik minyak kelapa sawit (CPO) di Pesantren Madinatul Ilmi di Pekon Gumuk Rejo, Lampung.
Pabrik ini milik CV Zada Palm Oil. Dimana didirikan oleh 10 pondok pesantren bergabung sebagai ikhtiar bagi kemandirian ekonomi pondok pesantren.
Direktur CV Zada Palm Oil, KH M Nur Aziz mengatakan, meski telah diresmikan, namun pabrik ini belum beroperasi. Sebab masih dalam tahap percobaan.
"Kemungkinan kita akan beroperasi Minggu depan," ujarnya kepada elaeis.co, Sabtu (3/2).
Baca juga: Keren! Pabrik CPO Pertama di Pringsewu Dikelola Oleh Pesantren
Ia mengatakan, kapasitas pabrik 2 ton/jam. Dimana bahan baku untuk operasional akan dibeli dari kebun sawit masyarakat yang berada di sekitar lokasi pabrik.
"Kita belum memiliki kebun sendiri. Namun untuk potensi kebun petani kelapa sawit disekitar operasional kita sudah mencukupi untuk kebutuhan bahan baku kita," terangnya.
Mendukung perolehan bahan baku itu, Nur Aziz mengatakan setakat ini pihaknya juga tengah berupaya untuk bekerja sama dengan para kelompok tani maupun pengepul yang ada di wilayahnya itu.
"Untuk harga tentu kita nanti akan sesuaikan dengan di lapangan," paparnya.
Nur Aziz menambahkan, kehadiran pabrik CPO ini juga mendapat sambutan hangat dari petani kelapa sawit di wilayah itu karena akan memudahkan mereka menjual hasil kebun. Sebab, sebelumnya petani harus menempuh jarak yang lumayan jauh untuk menjual hasil kebun. Belum lagi harus mengantri dan tidak dibayar secara tunai.
Sementara Komisaris CV Zada Palm Oil, Hizbullah mengatakan, untuk awal ini pihaknya baru akan menjalankan operasional satu shift saja. Artinya pabrik akan beroperasi hanya dalam waktu 7 jam saja. "Kita akan lakukan operasional secara bertahap sesuai dengan bahan baku yang kita dapatkan. Nantinya tetap akan mengarah pada 3 shif kerja atau 24 jam operasional," jelasnya.
Menurutnya, selain dari petani bahan baku juga akan didapat dari para wali santri yang notabenenya merupakan petani kelapa sawit. Diprediksi ada 50 persen wali santri berprofesi sebagai petani sawit.
"Memang kita belum tau persis potensinya namun peluang terbesar pemasok bahan baku adalah para wali santri. Sebab begini, kerjasama antara wali santri dan pondok akan sangat membantu kedua belah pihak. Di satu sisi pembiayaan santri akan bisa langsung mudah diproses, yang kemudian hasil dapat digunakan oleh pondok untuk operasional pondok pesantren," jelasnya.
Kendati begitu pihaknya juga tidak menutup pintu kerja sama dari pihak lain. Baik itu dari asosiasi petani kelapa sawit dan sebaginya.
Untuk penjualan hasil produksi, Hizbullah mengatakan pihaknya akan bekerja sama dengan beberapa pabrik CPO yang dijual ke pengepul di Jakarta.
"Sementara ini kita akan jual ke pengepul. Sebab kalau dijual ke perusahaan tentu butuh kepastian produksi (PO). Sementara kita baru beroperasi, jadi kita belum mampu," bebernya.
"Harapan kita, selama ini pondok pesantren menanggung biaya operasional yang sangat luar biasa. Dimana pondok bukan satu lembaga yang mencari untung. Malah banyak santri dari kalangan kurang mampu. Bahkan ada yang dititipkan tanpa biaya. Sehingga pemilik pondok memutar otak untuk memenuhi kebutuhan pondok. Nah, pabrik ini jadi solusi untuk menutupi kebutuhan itu atau paling tidak membantu, sehingga beban pondok sedikit lebih ringan," imbuhnya.
Hizbullah mengatakan, jika pabrik berjalan sukses, pihaknya juga akan mengembangkan kerja sama dengan 70 pondok pesantren yang ada di Pringsewu. Sebab ide ini muncul juga dari inisiasi para pondok pesantren yang tergabung dalam asosiasi pesantren se-kabupaten Pringsewu.
"Harapan kita ini jadi jawaban kita semua. Baik dari pondok pesantren, petani dan juga wali santri," tandasnya.







Komentar Via Facebook :