https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Penerimaan Bea Cukai 2023 Tak Capai Target, ini Biangnya

Penerimaan Bea Cukai 2023 Tak Capai Target, ini Biangnya

Petugas Bea Cukai memeriksa barang yang akan diekspor. foto: DJBC


Jakarta, elaeis.co - Sepanjang tahun 2023, Bea Cukai mengumpulkan penerimaan negara sebesar Rp286,2 trilyun atau sekitar 95,4 persen dari target yang telah ditetapkan Peraturan Presiden nomor 75 tahun 2023.

"Di tengah ketidakpastian global, dampak pascapandemi, situasi geopolitik, dan perlambatan ekonomi global, penerimaan Bea Cukai tidak mencapai 100 persen,” kata Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani, dalam keterangan resmi dikutip Kamis (11/1).

Penerimaan negara sebanyak Rp 286,2 trilyun ini terdiri atas cukai senilai Rp 221,8 triliun sebesar 97,6 persen dari target, bea masuk senilai Rp 50,8 trilyun atau sekitar 95,8 persen dari target, dan bea keluar senilai Rp 13,9 trilyun 68,4 persen dari target.

Penurunan penerimaan negara di sektor cukai disebabkan oleh dampak kebijakan dari pengendalian minuman mengandung etil alkohol (MMEA) dan rokok, serta upaya menjaga keberlangsungan tenaga kerja industri rokok. Sedangkan penurunan di sektor bea masuk disebabkan karena adanya penurunan impor. Sementara di sektor bea keluar disebabkan oleh penurunan harga sawit dan bauksit, serta dampak kebijakan hilirisasi ekspor.

Kasubdit Hubungan Masyarakat dan Penyuluhan, Ditjen Bea Cukai Kementerian Keuangan Encep Dudi Ginanjar menambahkan, volatilitas harga komoditas karena adanya perlambatan ekonomi global dan konflik geopolitik secara tidak langsung berimbas terhadap penerimaan kepabeanan dan cukai di tahun 2023.

Penerimaan bea masuk tidak setinggi tahun sebelumnya disebabkan penurunan nilai impor 2023 sebesar -6,8 persen (yoy). Tarif efektif tahun 2023 sebesar 1,43 persen, sedangkan tahun 2022 sebesar 1,35 persen dipengaruhi oleh peningktan impor komoditas kendaraan roda empat, beras, dan mesin pertambangan.

"Hal tersebut mampu menahan penurunan penerimaan bea masuk di tengah penurunan aktivitas impor,” ujarnya.

Bea keluar juga turun disebabkan penurunan harga minyak sawit mentah atau CPO di samping upaya hilirisasi produk mineral yang berdampak pada penurunan volume ekspor dan tarif bea keluar produk mineral.

"Bea keluar produk sawit turun 81,2 persen disebabkan harga rata-rata CPO turun 34,1 persen (yoy) meskipun volume ekspor kelapa sawit masih tumbuh 3% *(yoy)," ungkapnya.

Bea keluar bauksit juga mengalami penurunan sebesar -89,1 persen (yoy) karena larangan ekspor sejak Maret 2023. Sementara itu, bea keluar tembaga tumbuh 10,8 persen (yoy) yang didorong oleh kebijakan realisasi ekspor.

Dalam menghadapi tahun 2024, Bea Cukai akan berupaya lebih optimal dalam mengumpulkan penerimaan negara dari sektor kepabeanan dan cukai sebagai salah satu postur penopang APBN.

“Ini merupakan panggilan untuk bersama membangun Indonesia yang lebih kuat dan berdaya saing. Melalui partisipasi aktif, transparansi, dan akuntabilitas, kita dapat mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan adil bagi seluruh rakyat Indonesia,” pungkasnya.


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :