Berita / Nasional /
Peneliti UNL: Produksi Sawit Swadaya Baru 40 Persen dari Potensinya
Patricio saat memaparkan hasil penelitiannya di Pekanbaru, dua hari lalu.
Pekanbaru, elaeis.co - Universitas of Nebraska-Lincoln (UNL), bekerja sama dengan mitra pemerintah Indonesia dan organisasi nonpemerintah (LSM), telah menyelesaikan penelitian tahun ketiga dari inisiatif besar yang disebut 'Meningkatkan Produktivitas Pekebun Kelapa Sawit Swadaya di Indonesia'.
Penelitian ini berfokus pada intensifikasi kelapa sawit untuk pekebun swadaya, dan mengikuti upaya UNL dalam meningkatkan produktivitas padi dan jagung di seluruh nusantara.
Ahli Agronomi UNL memimpin langsung inisiatif ini bekerjasama dengan para profesional dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit Indonesia (PPKS), Balai Penelitian Tanah (Balittanah), dan Pusat Riset Perubahan Iklim Universitas Indonesia (RCCC-UI). UNL dibantu di enam provinsi yakni Jambi, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sumatra Selatan, dan Riau) oleh LSM lokal: WRI Indonesia, Setara Jambi, Bentang Kalimantan, Posyantek, Plan B, dan IDH.
Salah satu kegiatan utama yang dilakukan selama tiga tahun pertama proyek adalah mendiagnosis penyebab terjadinya kesenjangan produksi kelapa sawit dari sisi sosio-ekonomi dan agronomi kepada 1.200 pekebun di enam provinsi.
Diagnosis dilakukan dengan melakukan pendataan bulanan hasil panen, pengelolaan lapangan, dan pendapatan pekebun dengan menggunakan alat survei buku harian pekebun.
Peneliti Universitas of Nebraska-Lincoln, Patricio Grassini menyebutkan, hasil penelitian itu, diketahui bahwa produksi kelapa sawit pekebun swadaya di Indonesia hanya mencapai 40% dari potensi hasil yang dapat dicapai.
"Rata-rata produktivitas kelapa sawit pekebun swadaya hanya 13,9 ton per hektare per tahun. Ketika dibandingkan potensinya, rata-rata hanya mencapai 40 persen. Jadi bisa dikatakan bahwa saat ini produksinya masih setengah dari potensi yang bisa dicapai," kata Patricio saat memaparkan hasil penelitiannya di Pekanbaru, dua hari lalu.
Khusus di Riau, kata Patricio, produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit pekebun swadaya tercatat rata-rata sebesar 14,8 ton/ha/tahun. Jumlah ini baru mencapai 49 persen dari potensi yang bisa dihasilkan.
"Jadi masih ada potensi perbaikan," kata dia.
Menurutnya, ada sejumlah hal yang menjadi penyebab rendahnya produktivitas kelapa sawit di pekebun swadaya. Salah satunya ada kurangnya nutrisi yang diterima oleh tanaman pekebun swadaya.
"Praktik agronomi saat ini, seperti interval panen yang panjang, penerapan pupuk yang tidak mencukupi dan tidak seimbang, pemangkasan dan pengendalian gulma yang buruk, serta penggunaan bahan tanam yang tidak baik, merupakan penyebab utama dari rendahnya produksi minyak kelapa sawit," kata dia.







Komentar Via Facebook :