https://www.elaeis.co

Berita / Iptek /

Peneliti BRIN dan ITB Olah Limbah Cair Pabrik Sawit Jadi Pewarna Makanan dan Pakan Ikan

Peneliti BRIN dan ITB Olah Limbah Cair Pabrik Sawit Jadi Pewarna Makanan dan Pakan Ikan

Alur pemanfaatn mikroalga dalam.pengelolaan POME. foto: ist.


Jakarta, elaeis.co - Proses produksi minyak sawit mentah atau CPO di pabrik kelapa sawit (PKS) menghasilkan limbah cair yang disebut Palm Oil Mill Effluent (POME).

Jika tidak dikelola dengan baik, POME bisa menimbulkan masalah. Selain pencemaran lingkungan, POME juga menghasilkan tambahan gas rumah kaca (GRK) yang dilepaskan ke udara.

Untuk mengatasinya, peneliti Badan Riset dan Inovasi (BRIN) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan Pengembangan Teknologi Konversi Terintegrasi untuk Pengolahan POME dan Produksi Bahan Bernilai Tambah dengan Biomassa Mikroalga.

Kepala Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air (PRLSDA) BRIN, Hidayat mengatakan, kolaborasi periset BRIN dan ITB terutama yang terkait dengan pengembangan teknologi fotobioreaktor untuk kultivasi mikroalga yang menghasilkan biomassa mikroalga berkualitas tinggi.

Periset PRLSDA, Awalina Satya, menambahkan, BRIN melakukan ekstraksi dan pengolahan fikosianin, riset teknologi ekstraksi dan pengolahan karoten, dan real time monitoring beberapa parameter proses pada system fotobioreaktor. Sedangkan riset teknologi membran untuk pengolahan air limbah ditangani Fakultas Teknologi Industri ITB.

"Riset dilakukan untuk mewujudkan wacana ekonomi sirkular berbasis industri kelapa sawit. Biomassa mikroalga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk membuat produk samping yang berguna berupa fikosianin, klorofil, dan karoten dengan perolehan 1-3 % bobot kering. Produk tersebut dapat digunakan sebagai pewarna alami pada makanan beku serta karoten sebagai bahan fortifikan untuk pakan ikan," rincinya.

Sementara itu, Ardiyan Harimawan, Dosen Teknik Kimia ITB, menyebutkan, POME berdasarkan karakteristiknya tidak dapat dibuang langsung ke badan air tanpa diolah terlebih dahulu karena akan mengganggu berbagai kelangsungan hidup biota di lingkungan aquatik maupun estetika yang cukup serius. "Salah satu karakteristiknya yang paling mengganggu adalah warna coklat yang timbul dari adanya kandungan bahan organik yang tinggi seperti pektin, tannin, fenol dan lignin," sebutnya.

Menurutnya, mikroalga bisa dimanfaatkan dalam pengolahan limbah PKS dengan teknik kultivasi menggunakan fotobioreaktor dan teknologi gabungan membran fotobioreaktor. Keduanya merupakan inovasi teknologi dengan penerapan konsep biokonversi menggunakan mikroalga dikombinasikan dengan teknologi pengolahan air limbah.

"Teknologi integratif ini digunakan untuk menghilangkan komponen-komponen yang tidak diinginkan dari POME. Seperti bahan organik, padatan yang tersuspensi, senyawa nitrogen, dan fosfor. Target efisiensi penyisihan komponen tersebut sekitar 75 sampai dengan 90%, dan sekaligus menghasilkan biomassa mikroalga berkualitas dengan perolehan  35-100mg/hari," paparnya.

Menurut Ardiyan, penelitian yang telah dilakukan hingga saat ini adalah terkait karekterisasi POME, karakterisasi jenis mikroalga, dan hasil aklimatisasinya. Salah satu hasil riset karakterisasi mikroalga dan aklimatisasi yakni dari tiga jenis mikroalga yang di aklimatisasi, dua jenis terbukti teruji baik beradaptasi dengan air limbah POME.

"Mikroalga yang terbukti teruji dapat beradaptasi dengan semua varian konsentrasi air limbah POME hingga konsentrasi 90% adalah Spirulina dan Scenesdesmus dimorphus. Jenis Spirulina platensis menghasilkan produk samping yang lebih beragam, sehingga terpilih untuk digunakan lebih lanjut dalam system fotobioreaktor maupun teknologi gabungan membran fotobioreaktor," pungkasnya.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :