https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Penasehat Senior SPOS Ini Wanti-Wanti Sawit Harus Belajar Dari Ambruknya Kejayaan Kelapa di Tanah Nyiur Melambai

Penasehat Senior SPOS Ini Wanti-Wanti Sawit Harus Belajar Dari Ambruknya Kejayaan Kelapa di Tanah Nyiur Melambai

Penasehat Senior SPOS Indonesia, Diah Y. Suradiredja. Dok.Istimewa


Jakarta, elaeis.co - Penasehat Senior SPOS Indonesia, Diah Y. Suradiredja, ingatkan sawit harus belajar dari ambruknya kejayaan kelapa agar tak terulang, sambil perkuat lobi dan inovasi demi masa depan komoditi nasional.

Diah Y. Suradiredja mengingatkan pentingnya pembelajaran dari sejarah ambruknya kejayaan industri minyak kelapa di Indonesia, yang dikenal sebagai Tanah Nyiur Melambai

Menurutnya, kondisi ini menjadi peringatan bagi industri kelapa sawit agar tidak mengulangi kesalahan serupa dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.

Indonesia pernah menjadi produsen minyak kelapa terbesar dunia, namun kini posisi tersebut telah tergeser oleh negara lain akibat berbagai faktor, seperti lemahnya diplomasi perdagangan dan kurangnya inovasi produk. 

Bahkan kampanye negatif terhadap minyak kelapa terkait kandungan lemak jenuh menyebabkan penurunan permintaan global secara drastis dalam dekade terakhir.

“Kasus minyak kelapa menunjukkan bahwa produk unggulan bisa tergerus jika tidak diimbangi dengan strategi diplomasi dan pemasaran yang efektif,” ujarnya, Sabtu (31/5).

Dia menambahkan, lemahnya lobi Indonesia di forum perdagangan internasional membuat posisi minyak kelapa sulit dipertahankan.

Berbeda dengan minyak kelapa, industri kelapa sawit Indonesia bersama Malaysia menunjukkan keberhasilan dalam membangun diplomasi dan lobi internasional. Melalui pengenalan sertifikasi keberlanjutan seperti Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), Indonesia mampu meredam sebagian kampanye hitam yang melabeli sawit sebagai penyebab deforestasi dan kerusakan lingkungan.

Menurut data yang dirilis oleh Kementerian Perdagangan dan Kementerian Lingkungan Hidup, hingga awal 2025, sudah lebih dari 60% area perkebunan sawit di Indonesia yang tersertifikasi ISPO, sebagai bentuk komitmen menjaga praktik agrikultur berkelanjutan.

Selain diplomasi, inovasi produk juga menjadi senjata ampuh menghadapi persaingan global. Dalam kasus minyak kelapa, pengembangan produk bernilai tambah seperti Virgin Coconut Oil (VCO) membuka pasar niche, meskipun belum mampu mengembalikan kejayaan industri secara keseluruhan.

Sementara itu, industri kelapa sawit mengadopsi teknologi untuk meningkatkan transparansi rantai pasok dan mengembangkan produk-produk ramah lingkungan.

Hal ini sesuai laporan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) yang menyebutkan bahwa pengembangan produk sawit berkelanjutan terus ditingkatkan guna memenuhi standar pasar global yang semakin ketat.

Praktik seperti pemanfaatan lahan secara efisien, pengendalian pupuk dan pestisida, serta pengelolaan limbah secara ramah lingkungan kini menjadi fokus utama.

Tak hanya itu, Edukasi konsumen internasional tentang manfaat ekonomi, praktik keberlanjutan, dan komitmen Indonesia sangat penting. Studi dari Universitas Indonesia dan LIPI juga menegaskan bahwa penyebaran informasi berbasis riset ilmiah dapat membantu meluruskan persepsi negatif terhadap sawit dan kelapa.

“Pelajaran dari ambruknya minyak kelapa harus jadi perhatian serius agar sawit tidak kehilangan kejayaan. Perlu sinergi diplomasi, inovasi, edukasi, dan perbaikan praktik pertanian agar kelapa sawit tetap menjadi tulang punggung ekonomi nasional di pasar global,” tutupnya.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :