Berita / Nusantara /
Pemerintah Diminta Naikkan PE CPO Jika Bahan Baku Migor Kurang
Pelabuhan Dumai, salah satu pintu gerbang utama ekspor CPO Indonesia. Foto: Pelindo I
Jakarta, elaeis.co - Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di pasar global terus mengalami peningkatan. Hal ini menggoda mayoritas perusahaan sawit untuk memilih menjual CPO ke luar negeri ketimbang memenuhi pasokan dalam negeri, termasuk untuk produksi minyak goreng (migor).
Direktur Eksekutif Palm oil Agribusiness Strategy Policy Institute (PASPI), Dr Tungkot Sipayung, meminta pemerintah melakukan tindakan untuk menghentikan fenomena itu.
"Naikkan lagi pungutan ekspor (PE) CPO, supaya banjir di dalam negeri," katanya kepada elaeis.co, Senin (11/4/2022).
Kata dia, saat ini PE dan bea keluar (BK) CPO jika digabung hanya sekitar US$ 575/ton. Perusahaan eksportir tetap untung karena di saat yang sama harga CPO di pasar global jauh lebih tinggi dari total biaya PE dan BK CPO tersebut.
"Katakanlah harga CPO dan olein itu di pasar global US$ 1.500-an per ton. Berarti perusahaan sawit kebagian sekitar US$ 1.000/ton," kata Tungkot.
Ia menyarankan agar pemerintah menaikkan PE CPO sehingga nilai totalnya bila digabungkan dengan BK CPO menjadi sekitar US$ 800/ton.
"Kalau dirasa perlu, pemerintah bisa terus menaikkan PE itu sampai benar-benar tersedia stok CPO untuk produksi migor di dalam negeri," katanya.
Ia menilai usulan itu sangat fair mengingat pemerintah sendiri sudah bersikap fair kepada para pengusaha, yakni membiarkan harga migor baik curah maupun kemasan atau bermerek sesuai dengan mekanisme pasar.
"PE inilah instrumen yang bisa dipakai pemerintah, bisa dinaikan atau diturunkan kapan saja. Kalau BK itukan biasanya sekali setahun, karena itu terkait APBN," kata Tungkot.
Namun ia mewanti-wanti kalau kebijakan menaikan PE CPO adalah kebijakan sementara. "Artinya, jika pasokan CPO untuk produksi migor sudah terpenuhi, maka pemerintah bisa menurunkan lagi PE CPO," tukasnya.







Komentar Via Facebook :