Berita / Nasional /
Pasar Minyak Nabati Dunia Terus Bergejolak, Thomas Mielke Bakal Bocorkan Proyeksi Terbarunya di IPOC 2025
 
                Thomas Mielke, Executive Director Oil World.
Jakarta, elaeis.co - Di tengah fluktuasi harga global dan tekanan regulasi Eropa, mata pelaku industri sawit dunia kembali tertuju ke satu nama, Thomas Mielke, Executive Director Oil World.
Ia akan tampil di ajang bergengsi The 21st Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2026 Price Outlook yang digelar GAPKI pada 12–14 November 2025 di Bali International Convention Center, The Westin Resort Nusa Dua, Bali.
Setiap tahunnya, analis senior asal Jerman ini berhasil memikat perhatian pelaku sawit lewat paparan tajam berbasis riset mendalam.
Ketua Umum GAPKI Eddy Martono menegaskan, analisis Mielke kerap menjadi acuan penting bagi eksportir, investor, dan perusahaan perkebunan.
“Analisis dari Thomas Mielke selalu menjadi highlight IPOC. Banyak pelaku industri menyesuaikan strategi bisnis mereka setelah mendengar presentasinya,” ujar Eddy di Jakarta.
Tahun ini, Mielke diperkirakan akan menyoroti pengaruh perubahan iklim terhadap produksi minyak nabati, pergeseran konsumsi akibat kebijakan energi hijau, serta dampak regulasi European Union Deforestation Regulation (EUDR) terhadap perdagangan sawit global.
Dalam paparannya nanti, Mielke akan mengupas berbagai faktor yang berpotensi menggerakkan harga CPO di tahun depan yakni mulai dari penurunan stok minyak nabati global, peningkatan permintaan biodiesel, hingga perlambatan produksi di sejumlah negara produsen utama.
Menurut data Oil World, total pasokan minyak nabati global pada 2025 turun sekitar 2%, sementara permintaan energi terbarukan melonjak signifikan. Kondisi ini diprediksi bisa memicu kenaikan harga CPO, terutama bila cuaca ekstrem dan kebijakan ekspor negara produsen menekan suplai pasar.
“Industri minyak nabati tengah berada di fase ketidakpastian baru, di mana kebijakan energi dan isu lingkungan punya pengaruh lebih besar dibanding sekadar dinamika permintaan-pasokan tradisional,” tulis Mielke dalam Oil World Outlook edisi Oktober 2025.
Prediksi Mielke selalu menjadi bahan diskusi hangat di ruang-ruang konferensi. Tahun lalu, analisanya tentang potensi penguatan harga CPO di paruh pertama 2025 terbukti mendekati akurat, ketika harga sempat menembus USD 1.100 per ton akibat minimnya stok minyak nabati global.
Selain Mielke, IPOC 2025 juga akan menghadirkan sejumlah pembicara ternama seperti Julian McGill (Glenauk Economics), Ryan Chen (Cargill Investments China), dan Dorab Mistry (Godrej International Ltd.), yang masing-masing membawa pandangan berbeda tentang ekonomi makro, perdagangan, dan tren harga jangka panjang.
Dari dalam negeri, Eddy Abdurrachman (Direktur Utama BPDPKS) dan Andri Hadi (Duta Besar RI untuk Luxembourg) akan membahas strategi diplomasi sawit Indonesia menghadapi tekanan pasar dan kebijakan deforestasi Eropa.
Menurut Ketua Panitia IPOC 2025 Mona Surya, sesi Thomas Mielke menjadi salah satu yang paling dinantikan karena selalu memberi panduan praktis di tengah volatilitas pasar global.
“Paparan beliau selalu memberi arah strategis bagi pelaku industri, terutama dalam menentukan langkah bisnis tahun depan,” ujar Mona.
Dengan perkiraan peserta mencapai 1.500 orang dari lebih dari 30 negara, IPOC 2025 bukan sekadar ajang memprediksi harga, tapi momentum strategis untuk memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok minyak nabati global.
“IPOC selalu menjadi tempat kita menimbang arah masa depan sawit Indonesia,” tutup Eddy Martono.
“Dan seperti biasa, semua mata akan tertuju pada Thomas Mielke karena dari sanalah, banyak keputusan besar biasanya dimulai,” sebutnya.
GAPKI berharap, proyeksi dan analisis dari Thomas Mielke dapat membantu pelaku industri sawit nasional menavigasi masa depan yang penuh tantangan, mulai dari kebijakan energi hijau hingga dinamika geopolitik yang memengaruhi perdagangan komoditas.







Komentar Via Facebook :