Berita / Nasional /
Pasar Kian Berat, GAPKI Minta Keringanan Beban Ekspor Sawit
Mukti Sardjono. foto: Gapki
Jakarta, elaeis.co – Kebijakan tarif impor tinggi dari Amerika Serikat (AS) dinilai membebani daya saing sawit Indonesia di pasar global. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) meminta pemerintah untuk segera meninjau kembali beban ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan produk turunannya.
Direktur Eksekutif Gapki, Mukti Sardjono, menjelaskan bahwa tarif impor sebesar 32 persen yang diterapkan pemerintahan Presiden AS Donald Trump memberikan dampak signifikan terhadap ekspor Indonesia.
“Dengan penerapan tarif 32 persen dari AS, tentunya berdampak pada upaya kita mempertahankan bahkan meningkatkan ekspor. Maka, salah satu langkah yang bisa diambil adalah mengurangi beban ekspor dari dalam negeri,” kata Mukti dalam keterangannya dikutip, Rabu (23/4).
Menurutnya, beban ekspor yang ditanggung pelaku usaha sawit Indonesia saat ini terdiri dari tiga komponen utama. Yakni pungutan Domestic Market Obligation (DMO), Pungutan Ekspor (PE), dan Bea Keluar (BK). Jika ditotal, beban tersebut mencapai USD 221 per metrik ton, jauh lebih tinggi dibandingkan Malaysia yang hanya sekitar USD 140 per ton.
“Kalau beban seperti BK bisa dikurangi, kita punya peluang untuk lebih kompetitif di pasar internasional,” jelasnya.
Selama lima tahun terakhir, Indonesia tercatat mengekspor sekitar 2,5 juta ton produk sawit ke AS, dengan nilai ekspor yang ditaksir mencapai USD 2,9 miliar. Pangsa pasar Indonesia di AS sendiri mencapai 89 persen, menunjukkan tingginya ketergantungan pasar Negeri Paman Sam terhadap produk sawit Indonesia, terutama untuk industri makanan.
Namun, tingginya beban ekspor dalam negeri serta tarif impor dari AS membuat pelaku industri mulai mencari pasar alternatif. Afrika dan Timur Tengah dinilai sebagai kawasan potensial untuk pengembangan ekspor sawit ke depan.
“Kami masih menunggu keputusan dari pemerintah. Tapi kabarnya akan ada relaksasi beban ekspor. Mudah-mudahan itu benar-benar terealisasi,” ujarnya optimistis.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa volume ekspor sawit Indonesia ke AS terus mengalami peningkatan, dari 736.500 ton pada 2015 menjadi 1,39 juta ton pada 2024. Bahkan, pada 2023, angka ekspor sempat menyentuh rekor tertinggi yakni 1,98 juta ton. Meski sempat mengalami penurunan, AS tetap berada di peringkat keempat sebagai tujuan ekspor sawit RI setelah India, Pakistan, dan Tiongkok.







Komentar Via Facebook :