Berita / Internasional /
Pasar Internasional Masih Terbuka Lebar
Ketua Umum DPP ASPEKPIR, Setiyono. (Istimewa/Elaeis)
Jakarta, elaeis.co - Larangan ekspor bahan baku dan minyak goreng telah dicabut Presiden. Artinya keran ekspor CPO kembali terbuka lebar. Namun dampak dari larangan yang diterapkan pemerintah pada 28 April 2022 lalu membuat pasar CPO berbalik arah ke Malaysia.
Kendati begitu, sejumlah pihak optimis pasar internasional masih terbuka luas bagi Indonesia.�
Menurut Ketua Umum DPP ASPEKPIR, Setiyono, Indonesia memiliki kuota produksi yang lebih besar dari Malaysia. Negeri Jiran itu masih belum dapat memenuhi kebutuhan negara-negara konsumen CPO.�
"Memang ada kekhawatiran, dimana para negara importir itu terikat kontrak dengan Malaysia. Namun jika dikaji lagi, setelah keran ekspor dibuka, besar kemungkinan Indonesia kembali diserbu negara-negara konsumen," ujarnya.
Sebagai contoh, kata Setiyono, India. Negara ini beberapa waktu lalu sempat mendesak pemerintah Indonesia untuk membuka ekspor CPO. Sebab kebutuhan India sebesar 40%, dan biasanya dipasok oleh Indonesia.
"Nah, ini kan jadi peluang kita. Mudah-mudahan ekspor kembali maksimal. Sehingga devisa negara kembali didapat dari sektor ini," paparnya.
Tidak hanya soal ekspor, lanjutnya, kondisi perkebunan kelapa sawit dalam negeri juga masih membutuhkan waktu untuk kembali normal seperti sedia kala.�
"Meski kita sangat apresiasi dengan langkah presiden yang tanggap dan berani mengambil keputusan, namun tentu butuh waktu untuk perkebunan kelapa sawit berjalan normal pasca-larangan ekspor kemarin di berlakukan. Kemarinkan dampaknya sangat kacau," katanya.
Saat ini tangki penimbunan PKS diklaim telah penuh, tentu butuh proses juga untuk mengeluarkan CPO hingga ke pasar internasional. Usai kuota tangki berkurang, baru PKS akan kembali menambah pasokan TBSnya. Jika pasokan sudah mulai lancar, kata Setiyono harga tentu menyesuaikan.
"Sekarang antrian di pintu PKS juga masih panjang. Kemungkinan butuh beberapa hari lagi baru bisa normal," terangnya.
Terkait harga, petani plasma memang tidak terlalu terdampak. Namun memang ikut merasakan anjloknya harga TBS. Tapi beberapa belakangan ini harga TBS khususnya di Riau sudah mulai merangkak naik.
"Kita sangat bersyukur dan apresiasi dengan pencabutan larangan ekspor itu. Ini angin segar di lini perkebunan sawit. Mudah-mudahan kondisi akan pulih, perekonomian semakin membaik," tutupnya.







Komentar Via Facebook :