Berita / Lingkungan /
Pantau Gambut: Ini Daftar 20 Korporasi yang ‘Mengobrak-abrik’ Gambut hingga Banjir Meluas
Pantau Gambut mengungkap daftar korporasi yang diduga mengobrak-abrik ekosistem gambut.
Jakarta, elaeis.co – Pantau Gambut mengungkap daftar korporasi yang diduga mengobrak-abrik ekosistem gambut, memicu kerusakan hidrologis hingga banjir besar yang terus menghantam berbagai wilayah.
Gelombang banjir yang makin ganas di Sumatera, Kalimantan, hingga Papua bukan datang tiba-tiba. Pantau Gambut baru saja merilis laporan paling “telanjang” soal siapa saja aktor besar di balik amburadulnya kesatuan hidrologis gambut (KHG) Indonesia.
Daftar 20 korporasi sawit dan HTI ini disebut sebagai biang kerok utama yang memperparah rusaknya bentang gambut dan memperbesar risiko banjir di berbagai daerah.
Dalam laporan bertajuk Studi Sebab-Akibat Kerentanan Banjir di KHG Indonesia 2025, jaringan advokasi itu memetakan 243 konsesi sawit pemegang HGU dan 145 konsesi PBPH yang dianggap berperan besar dalam merusak struktur hidrologis gambut. Temuan ini digambarkan sebagai “paling komprehensif” sejauh ini.
Di daftar paling atas, Pantau Gambut menyoroti tiga perusahaan besar yang dinilai paling agresif menggarap kawasan gambut dalam.
Nama-namanya bukan pemain kecil, melainkan grup raksasa yang sudah lama menguasai konsesi strategis di berbagai daerah. PT Global Indo Agung Lestari milik Genting Group, PT Jalin Vaneo atau Jalin Valeo yang berada di bawah Pasifik Agro Group, serta PT Kalimantan Agro Lestari dari Best Agro Group kembali disebut sebagai aktor utama yang mendorong percepatan degradasi ekosistem gambut.
Menurut Pantau Gambut, ketiganya punya rekam jejak ekspansi yang terbilang nekat. Mereka mengolah kawasan yang seharusnya menjadi penyangga air alami, yaitu gambut dalam—zona yang menyimpan cadangan air besar dan berperan menjaga stabilitas hidrologi.
Begitu wilayah itu dibuka, kanal digali, dan drainase dipasang, gambut justru mengering. Kondisi ini membuat tanah turun (subsiden), daya serap air menurun drastis, dan risiko banjir melonjak tajam saat hujan ekstrem tiba.
Pola kerusakan seperti ini bukan barang baru, tapi skalanya kini jauh lebih kasat mata. Banjir yang merendam desa-desa, memutus jembatan penghubung antardesa, hingga memaksa warga Aceh menyeberang sungai dengan perahu adalah bukti terbaru betapa rapuhnya kawasan gambut setelah dikeruk bertahun-tahun.
Pantau Gambut menegaskan, selama ekspansi dan pengeringan gambut tidak dihentikan, gelombang banjir seperti yang terjadi di Sumatera dan Aceh akan terus berulang dan makin sulit dikendalikan.
Bukan cuma kebun sawit. Sebanyak 145 konsesi PBPH, industri hutan tanaman untuk pulp dan kertas juga disebut memegang peran besar dalam rusaknya hidrologi gambut.
Total areanya mencapai lebih dari 3 juta hektare, mayoritas berada di KHG yang selama ini menjadi penopang tata air di daerah rawa.
Pantau Gambut menilai operasi perusahaan-perusahaan ini telah mempercepat penurunan fungsi gambut sebagai penyimpan air alami. Ketika gambut kehilangan kemampuan sponsnya, air hujan tidak lagi tertahan dan langsung menghantam permukiman warga.
Yang bikin geleng-geleng kepala, sejumlah nama lama yang sudah bertahun-tahun dikaitkan dengan kerusakan gambut kembali muncul sebagai pemain utama.
Tiga perusahaan di bawah jaringan Sinar Mas Group seperti PT Bumi Andalas Permai (BAP), PT SBA Wood Industries, dan PT Bumi Mekar Hijau (BMH), lagi-lagi berada di barisan teratas.
Rekam jejak mereka bukan hal baru: kawasan operasionalnya kerap disebut-sebut sebagai titik panas kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan, termasuk kabut asap hebat yang menghantam wilayah itu sejak 2015.
Masyarakat bahkan pernah mencoba menggugat akibat dampak kesehatan seperti ISPA, tetapi proses hukum di pengadilan berakhir tanpa putusan yang memihak warga.
Pantau Gambut mengungkapkan bahwa konsesi ketiga perusahaan tersebut berada tepat di jantung KHG Sungai Sugihan–Lumpur, area yang dikategorikan sebagai kawasan dengan risiko banjir paling tinggi.
Begitu hujan turun dengan intensitas besar, air nyaris tidak punya tempat untuk meresap dan langsung mengalir ke permukiman serta lahan pertanian masyarakat. Kondisi gambut yang sudah rusak memperparah keadaan dimana fungsi alaminya sebagai penyimpan air hilang, membuat banjir meluas lebih cepat dan lebih parah. Tidak heran jika jembatan-jembatan penghubung antardesa turut ambruk diterjang arus.
Inilah Daftar Lengkap 20 Konsesi yang Dinilai Memperburuk Banjir KHG :
10 Konsesi Sawit (HGU):
Globalindo Agung Lestari
Jalin Vaneo
Kalimantan Agro Lestari
Suryamas Cipta Perkasa
Bahaur Era Sawit Tama
Rezeki Kencana
Berkah Alam Fajar Mas
Katingan Mujur Sejahtera
Gawi Bahandep Sawit Mekar
Dian Agro Mandiri
10 Konsesi PBPH (HTI):
Bumi Andalas Permai
Bumi Mekar Hijau
SBA Wood Industries
Mayawana Persada
Wana Subur Lestari
Rimba Raya Conservation
Ceria Karya Pranawa
Rimba Hutani Mas
Sumatera Riang Lestari
Damai Sejati Tama Timber







Komentar Via Facebook :