Berita / PSR /
Pakai Pupuk Organik, Ukuran TBS Sawit Program PSR Jadi Lebih Besar
Pj. Bupati Ogan Komering Ilir (OKI), Asmar Wijaya, menghadiri panen perdana sawit peserta PSR di kebun KUD Bina Sejahtera Desa Kerta Mukti. foto: Indra S/Kominfo
Kayu Agung, elaeis.co - Tiga KUD di Kecamatan Mesuji Raya, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel, melakukan replanting kebun memanfaatkan dana hibah peremajaan sawit rakyat (PSR) dari BPDPKS. Masing-masing KUD Bina Sejahtera dengan luas lahan mencapai 1.146 hektare, KUD Maju Lancar seluas 1.860 hektare, dan KUD Sedia Mukti dengan luasan 1.200 hektare.
Ketiga KUD ini mengikuti program PSR tahun 2020 dan kini tanaman sawitnya telah menghasilkan. Panen perdana dilakukan secara simbolis oleh Pj. Bupati OKI, Asmar Wijaya di kebun milik KUD Bina Sejahtera Desa Kerta Mukti, Kecamatan Mesuji Raya, Kamis (19/12) lalu.
Ketua KUD Bina Sejahtera, H. Azhar SP, mengatakan, hasil panen perdana sawit peserta Program PSR sangat memuaskan. Panen bisa dilakukan lebih awal dari perkiraan lantaran sejumlah faktor pendukung. Salah satunya, bibit unggul berkualitas dari Sampoerna Agro. Berkat pendampingan perusahaan pembina, para petani juga menerapkan praktik pertanian yang baik.
"TBS sawit PSR lebih besar berkat penggunaan pupuk organik. Pengolahan pupuk organik tersebut dilakukan unit usaha di bawah naungan KUD Bina Sejahtera," katanya dalam keterangan resmi dikutip Senin (23/11).
Azhar yang merupakan pensiunan penyuluh pertanian atau PPL itu memanfaatkan limbah sawit untuk memproduksi pupuk sendiri. “Bahannya tandan kosong, solid, limbah cair, serta memanfaatkan kotoran ternak. Dicampur dengan QRR, dolomit dengan proses fermentasi selama 7 hari. Hasil pemupukan melalui pupuk organik ini mampu mengurangi biaya produksi hingga 50 persen,” paparnya.
Menurutnya, dengan penggunaan pupuk organik, maka selain dari kebun, masyarakat sekitar juga memperoleh penghasilan dari unit pengolahan pupuk milik KUD Bina Sejahtera.
“Masyarakat yang punya hewan ternak kita minta kumpulkan kotoran ternaknya, kita beli 10 ribu per karung. Bahkan air leri (cucian beras) juga bernilai ekonomis, jadi bahan pembuatan pupuk cair,” tambahnya.
Dia berharap mendapat pendampingan dari pemerintah daerah dalam pengurusan izin produksi pupuk organik agar hasilnya bisa dimanfaatkan oleh petani sawit lain daerah. “Untuk saat ini hanya untuk kebutuhan anggota kami. Mohon kami didampingi agar dapat terus meningkatkan produksi,” tukasnya.
Dia menambahkan, ratusan hektare lahan PSR di wilayah ini telah membuka peluang kerja bagi masyarakat setempat, termasuk remaja putus sekolah.
“Ada yang jadi tukang panen, tukang tanam, supir truk, bahkan kami bangunkan rumah untuk penjaga kebun. Listrik dan airnya ditanggung oleh KUD dan penjaga kebun digaji Rp 3 juta perbulan,” terangnya.







Komentar Via Facebook :