Berita / Nusantara /
Pabrik Minyak Makan Merah Tergantung Pada Keekonomian
Ilustrasi/Elaeis
Jakarta, elaeis.co - Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM), Teten Masduki mendorong koperasi untuk mempercepat pembangunan pabrik minyak makan merah. Tentu tujuannya untuk memenuhi kebutuhan minyak goreng dalam negeri.
Bahkan Teten mengatakan pabrik ini akan mulai dibangun pada awal 2023 mendatang. Ini bertujuan untuk memecahkan permasalahan pasokan minyak goreng dan dapat menghadirkan minyak goreng yang terjangkau bagi rakyat.
Diungkapkannya, program ini sangat potensial bagi wilayah-wilayah sentra perkebunan kelapa sawit. Seperti Sumatra Utara, Riau, Jambi, dan Kalimantan Tengah.
Langkah ini tentu merupakan angin segar bagi para petani kelapa sawit. Sebab petani memiliki andil sebesar 42% dari 16 juta hektare perkebunan kelapa sawit yang ada di Indonesia. Kendati demikian tidak ada satupun pabrik kelapa sawit (PKS) milik petani ataupun koperasi.
Dari kacamata Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono, pabrik itu akan berkembang jika nilai keekonomiannya dapat terjaga. Menurutnya faktor ini menjadi pilar pokok untuk pembangunan sebuah pabrik.
"Dari pengalaman yang sudah-sudah, pabrik mini yang berkapasitas 5-10 ton tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak ekonomis," paparnya kepada elaeis.co, Senin (18/7).
Seba kata dia pabrik kecil tidak dapat menggunakan mesin boiler yang menjadi jantung di sebuah pabrik. Pabrik kecil biasanya bertenaga genset yang justru biayanya lebih tinggi.
Persoalan yang kedua yakni apakah masyarakat dapat menerima minyak makan merah tersebut. Sementara saat ini masyarakat masih terbiasa dengan minyak goreng yang ada.
"Rendeman minyak juga harus diperhatikan terjangkau atau tidaknya," tandasnya.







Komentar Via Facebook :