https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Pabrik Biodiesel Disebar agar Penyerapan Sawit Merata

Pabrik Biodiesel Disebar agar Penyerapan Sawit Merata

Biodiesel yang terbuat dari minyak kelapa sawit. foto: Kemen ESDM


Jakarta, elaeis.co – Implementasi program biodiesel dilaksanakan oleh pemerintah untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak bumi sekaligus membawa sawit Indonesia menjadi lebih baik dan berkelanjutan.

“Program biodiesel ini bukan semata-mata program Kementerian ESDM untuk menggunakannya sebagai bahan bakar, tapi juga bagaimana mendorong sawit di Indonesia dapat memberikan manfaat secara luas untuk perekonomian nasional maupun secara khusus untuk petani,"  kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Dadan Kusdiana, melalui keterangan resmi Humas Kementerian ESDM.

Saat program biodiesel didesain, lanjutnya, harga minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO) berada pada kisaran USD 275 per ton. Setelah itu harga terus meningkat seiring dengan peningkatan permintaan sawit karena implementasi biodiesel. “Kita berupaya bagaimana mengangkat harga CPO, karena ini kan otomatis nanti transfer ke harga TBS (tandan buah segar) sawit di petani," tukasnya.

"Selain itu, kita masih impor solar meskipun grafiknya makin menurun. Ini menjadi salah satu terobosan dan bukti bahwa hasil penelitian dan pengembangan dapat diimplementasikan dan memberikan manfaat yang demikian luas,” imbuhnya.

Dalam rangka pemerataan permintaan dan penyerapan terhadap sawit, pemerintah juga mendorong penyebaran pembangunan pabrik pengolahan CPO menjadi biodiesel. “Sekarang banyak pabrik biodiesel didirikan di wilayah Sumatera hingga Sulawesi. Kami sedang mendorong pembangunan pabrik di Papua untuk mendorong permintaan sawit di wilayah Papua,” ungkapnya.

Indonesia tengah bersiap melaksanakan implementasi peningkatan persentase pencampuran bahan bakar nabati jenis biodiesel ke dalam bahan bakar minyak jenis minyak solar dari sebesar 30% (B30) menjadi sebesar 35% (B35). Bahan bakar baru itu mulai dipasarkan1 Februari mendatang. “Bulan Januari masih B30. Tapi mulai akhir Januari, seluruh pengiriman biodiesel akan menggunakan spek B35," jelasnya.

Dia meyakinkan masyarakat selaku pengguna tidak perlu khawatir terhadap B35. Beberapa persiapan teknis untuk memastikan performa penggunaan campuran BBN telah dilakukan. Diantaranya pengujian pengaruh penggunaan B35 terhadap sistem filtrasi mesin diesel, hasilnya tidak terjadi indikasi pemblokiran filter pada pengujian Filter Blocking Tendency (FBT) maupun pengujian Filter Rig Test.

"Kita pastikan kualitasnya baik. Selama kita menaikkan campuran, selalu diikuti dengan peningkatan spek. Kita tekankan motto bahwa biodiesel jangan sampai menjadi pengotor,” ujarnya.

Lebih lanjut dia mengungkapkan, dengan diberlakukannya B35, maka impor solar akan lebih terkendali. Untuk pelaksanaan program B35 pada tahun 2023, ditargetkan penyaluran biodiesel mencapai 13,15 juta kilo liter per tahun atau 226 ribu barel per hari. Penghematan devisa diperkirakan mencapai sekitar USD 10,75 miliar atau setara dengan Rp 161 Triliun, penyerapan tenaga kerja sebanyak 1.653.974 orang, dan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 34,9 juta ton CO2e.

“Kami sebetulnya menyiapkan B40, makanya kami sudah siap kalau nanti diminta untuk menaikkan menjadi B40. Kita sudah tahu spesifikasi yang mana yang akan dipergunakan,” terangnya.

 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :