Berita / Serba-Serbi /
Orangutan Ternyata Bisa Bertahan di Area Kelapa Sawit, Tapi Ada Syaratnya
Pakar Kehutanan dan Lingkungan, Petrus Gunarso.
Jakarta, elaeis.co – Orangutan selama ini identik dengan hutan tropis yang lebat, jauh dari gangguan manusia. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa primata ini ternyata bisa bertahan hidup di sekitar perkebunan kelapa sawit, asalkan ada pengelolaan hutan yang tepat.
Pakar Kehutanan dan Lingkungan, Petrus Gunarso, menekankan pentingnya hutan koridor sebagai kunci kelangsungan hidup orangutan.
“Pengelolaan hutan yang baik dan pembaruan data lingkungan secara berkala sangat penting. Tanpa data akurat, kebijakan konservasi akan salah sasaran, dan satwa liar kehilangan habitatnya,” ujar Petrus dalam Diskusi dan Movie Screening A Film By Dan Sall: Palm Oil in the Land of Orangutans di Jakarta, Sabtu (18/10).
Menurut Petrus, banyak kawasan hutan tidak terpantau secara akurat karena keterlambatan pembaruan data dan lemahnya koordinasi antar lembaga.
Akibatnya, orangutan, harimau, dan satwa lain terpaksa berpindah ke wilayah perkebunan sawit, yang secara ekologis lebih rentan.
"Selama data tidak diperbarui, kita tidak tahu seberapa jauh ekosistem telah berubah. Hal ini berdampak langsung pada satwa yang bergantung pada keseimbangan vegetasi dan ruang jelajah,” tambahnya.
Pandangan senada disampaikan Simon Bruslund, Director of Global Development Copenhagen Zoo. Ia menyoroti peran hutan koridor di area sawit sebagai jalur aman bagi satwa liar.
“Koridor hutan ini seperti jalan tol alami yang menghubungkan Taman Nasional Tanjung Puting dengan perkebunan sawit. Orangutan bahkan bisa melahirkan dan hidup baik di sekitar perkebunan, selama ekosistem dijaga,” jelas Simon.
Keduanya sepakat bahwa keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan konservasi hanya bisa dicapai jika manajemen ekosistem adaptif dan berbasis data. Pendekatan ini bukan hanya soal menambah luas kawasan hutan, tapi juga memastikan kualitas habitat tetap mendukung kehidupan satwa.
Petrus menambahkan, sinergi lintas negara dan lembaga konservasi sangat penting. “Sawit berkelanjutan tidak cukup hanya berdasarkan praktik industri. Model konservasi yang nyata harus mengintegrasikan perlindungan habitat dan pengelolaan hutan yang cerdas,” ujarnya.
Sementara itu, Simon menekankan pentingnya pemahaman ekosistem lokal. “Kita bisa menciptakan area perkebunan yang aman bagi orangutan jika ada koridor hutan dan pemantauan rutin. Orangutan bukan hanya bertahan, tapi bisa berkembang biak, selama kondisi lingkungan mendukung,” ungkapnya.
Temuan ini memberi perspektif baru bagi industri sawit dan konservasi. Dengan data akurat, hutan koridor, dan manajemen adaptif, orangutan tidak hanya bisa bertahan, tetapi ekosistem sekitarnya juga tetap seimbang. Artinya, sawit berkelanjutan bukan sekadar jargon, melainkan bisa diwujudkan melalui tindakan konkret yang mengutamakan keberlanjutan habitat.







Komentar Via Facebook :