Medan, Elaeis.co - Penurunan harga tandan buah segar (TBS) membuat pendapatan petani sawit di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) berkurang dibanding bulan-bulan sebelumnya.

Gambaran berkurangnya pendapatan petani diungkapkan BPS Sumut dalam nilai tukar perkebunan rakyat (NTPR) yang turun sebanyak 3,03%. Memang, NTPR dimaksud tidak hanya untuk perkebunan sawit, melainkan juga perkebunan karet, kopi, dan lainnya. Namun untuk Sumut, perkebunan yang paling dominan adalah perkebunan sawit.

“Pada bulan Mei 2021 NTPR mencapai 143,48%, turun menjadi 139,13% pada bulan Juni,” kata Koordinator Fungsi Statistik Distribusi BPS Sumut, Dinar Butarbutar, dalam keterangannya kepada media secara virtual, Kamis (1/7) sore.

Penurunan itu juga berimbas pada kemampuan nilai tukar usaha petani (NTUP) atau daya beli petani sawit untuk membeli kebutuhan perkebunan sawit seperti pupuk, bibit dan lainnya. Menurut Dinar, khusus untuk NTUP mengalami penurunan sebesar 3,40%. “Bulan Mei, NTUP mencapai 144%, turun pada bulan Juni lalu menjadi 139,89%,” bebernya.

Sejumlah petani sawit swadaya yang biasanya menjual TBS ke pengepul mengakui harga TBS di bulan Juni turun dibanding sebelumnya. “Di sini Rp 1.400/kg pada akhir bulan Juni. Sebelumnya di atas itu,” kata Sutan Barumun Hasibuan, petani sawit di Kecamatan Huristak, Kabupaten Padanglawas, kepada Elaeis.co.

Sementara M Hayat, petani sawit di Kecamatan Manduamas, Kabupaten Tapanuli Tengah, mengatakan, TBS dibeli pengepul Rp 1.200/kg atau turun Rp 350/kg dibanding bulan Mei lalu. “Di sini kami menjual TBS ke pengepul. Tak ada pabrik kelapa sawit yang mau membeli buah kami,” kata Ketua DPD Asosiasi Sawitku Masa Depanku (SAMADE) Kabupaten Tapanuli Tengah itu.

Sofyan Daulay, Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Kabupaten Serdang Bedagai, mengatakan, harga TBS di tingkat ram di daerah itu pada bulan Juni juga mengalami penurunan. “Sebelumnya Rp 1.750/kg sampai Rp 1.850/kg turun menjadi Rp 1.600/kg sampai Rp 1.700/kg,” sebutnya.