https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Nilai Tukar Petani Sumsel Satu-satunya yang Alami Penurunan di Sumbagsel

Nilai Tukar Petani Sumsel Satu-satunya yang Alami Penurunan di Sumbagsel

Infografis by BPS


Palembang, elaeis.co – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai tukar petani (NTP) di Provinsi Sumatera Selatan (sumsel) pada bulan Desember 2024 turun sebesar 0,24 persen dibandingkan NTP bulan sebelumnya. Yaitu dari 128,84 menjadi 128,53.

Dari lima provinsi di Sumatera bagian selatan (Sumbagsel) yang menyusun NTP Nasional pada Desember 2024, empat diantaranya mengalami kenaikan NTP di mana NTP tertinggi terjadi di Provinsi Jambi sebesar 2,16 persen. Sementara itu, Provinsi Sumsel menjadi satu-satunya yang mengalami penurunan NTP.

Kepala BPS Provinsi Sumatera Selatan, Moh Wahyu Yulianto MSi, mengatakan, penurunan NTP pada bulan Desember 2024 disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) mengalami kenaikan yang lebih rendah dibandingkan kenaikan pada indeks harga yang dibayar petani (Ib).

“It naik sebesar 0,39 persen, sedangkan Ib mengalami kenaikan sebesar 0,63 persen,” sebutnya dalam keterangan resmi dikutip elaeis.co Senin (6/1).

Ia menjelaskan, It merupakan indikator yang menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Sedangkan Ib dapat dilihat dari fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Penurunan NTP Desember 2024 dipengaruhi oleh turunnya NTP pada beberapa subsektor. Yakni subsektor Tanaman Pangan sebesar -0,73 persen, subsektor Perkebunan Rakyat -0,23 persen, Peternakan -0,07 persen, Perikanan -0,34, -Perikanan Tangkap 0,30 persen, dan Perikanan Budidaya -0,40 persen. Sedangkan satu-satunya yang mengalami kenaikan yaitu subsektor Hortikultura sebesar 3,73 persen.

Dijelaskannya, harga sejumlah komoditas sebenarnya mengalami kenaikan. Seperti komoditas dari kelompok tanaman perkebunan rakyat (kopi, kelapa sawit dan kakao/coklat biji), komoditas ternak besar (kerbau dan sapi potong), unggas (ayam ras pedaging, ayam ras petelur dan itik/bebek), hasil ternak (telur ayam ras), sayur-sayuran (cabai merah, terung dan kacang panjang), dan palawija (jagung).

“Tapi indeks kelompok pengeluaran rumah tangga petani lebih besar dari indeks kenaikan harga komoditas-komoditas tersebut,” ungkapnya.

“Di Provinsi Sumsel pada Desember 2024, indeks kebutuhan rumah tangga (IKRT) mengalami kenaikan sebesar 0,78 persen atau dari 123,26 menjadi 124,22 yang disebabkan oleh naiknya indeks yang cukup tinggi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau yaitu sebesar 1,23 persen, kesehatan 0,16 persen, transportasi 0,07 persen, informasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,01 persen, rekreasi, olahraga dan budaya 0,01 persen, serta pendidikan 0,29 persen dan penyediaan makanan dan minuman/restoran 0,08 persen,” sambungnya.

 

 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :