https://www.elaeis.co

Berita / PSR /

Nikmati Hasil Program PSR, Petani di Aceh Tamiang Sebut Sawitnya Bak Punya Perusahaan

Nikmati Hasil Program PSR, Petani di Aceh Tamiang Sebut Sawitnya Bak Punya Perusahaan

Sawit peserta program PSR di Aceh Tamiang dipanen. foto: MC Aceh


Kuala Simpang, elaeis.co –  Kerja keras dan kesabaran ratusan pekebun kelapa sawit peserta program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) di Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh, terbayar sudah. Saat ini mereka bisa senyum sumringah karena sawitnya yang direplanting tahun 2018 sudah berbuah.

Selama ini banyak petani tidak mampu untuk meremajakan tanaman kelapa sawit miliknya karena terkendala modal. Adanya Program PSR sangat menguntungkan masyarakat sehingga mereka bisa memiliki kebun kelapa sawit yang produktif. Produksi tandan buah segar (TBS) sawit diperkirakan bakal meningkat karena menggunakan bibit unggul (bersertifikat).

Dengan hadirnya PSR seluruh proses replanting sejak pembersihan lahan, pengadaan bibit, tanam hingga beberapa kali pemupukan, gratis ditanggung oleh pemerintah lewat Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

“Sampai bulan ini sudah delapan kali saya panen. Jadi ceritanya sudah menikmati jual sawit hasil PSR-lah ini,” kata Suprapto (52), petani sawit di Desa Seunebok Baru, Kecamatan Manyak Payed, dalam keterangan resmi MC Pemprov Aceh, Minggu (15/10).

Kebun sawit milik Suprapto yang diremajakan dengan program PSR seluas 1,5 hektare. Penanaman bibit dilakukan sekitar awal 2020. Artinya umur 4 tahun sawit program PSR sudah berbuah. Menurutnya, pertumbuhan batang dan daun kelapa sawitnya cukup bagus seperti standar perusahaan.

“Bobot TBS-nya ada yang masih buah pasir tapi sudah laku dijual ke agen. Awal panen rata-rata janjangan dijadikan berondolan dulu karena harga lebih tinggi,” ujarnya.

Secara pribadi bapak empat orang anak ini sangat bersyukur bisa ikut program PSR melalui lembaga koperasi. Ia menyadari jika melakukan replanting secara mandiri tidak mungkin mampu karena membutuhkan biaya besar.

Selama empat tahun penantian, kini Suprapto sudah bisa kembali rutin menjual hasil panen TBS sawit ke agen pengumpul di tingkat kampung. Dia merasa puas melihat pertumbuhan pohon kelapa sawit PSR beda dengan kebun sawit kampung (pribadi) pada umumnya.

“Saya panen satu bulan dua kali, hasilnya lumayan bisa untuk tambahan beli pupuk supaya bobot buahnya makin berat,” tuturnya.

Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan (Ditanakbun) Kabupaten Aceh Tamiang mencatat luasan peremajaan sawit rakyat sejak medio 2018 hingga 2023 sudah terealisasi masuk rekomendasi teknis (rekomtek) Ditjenbun RI sekitar 10.300 hektare. Luasan ini menembus target yang ditetapkan Distanakbun.

“Target Aceh Tamiang hingga 2022 10 ribu hektare , dan alhamdulillah sekarang target itu sudah terlampaui,” kata Kabid Perkebunan Distanakbun, Edwar Fadli Yukti.

Sementara itu pihaknya memastikan tanaman tahun perdana PSR (2018-2019) yang tersebar di 11 kecamatan kecuali Kota Kuala Simpang sudah berproduksi. Dari 3.947 hektare realisasi luasan tanam, 1.092 hektare di antaranya adalah luas panen yang sudah dihimpun dari hasil laporan di lapangan. Areal ini milik petani swadaya yang tergabung dalam tujuh koperasi sebagai pelaksana PSR.

“Alhamdulillah program penanaman tahun 2019 juga sudah berproduksi dengan BJR (berat janjang rata-rata) 2-5 kg/janjang. Untuk data produksinya belum lengkap, tetapi data dan dokumentasi hasil penanaman 2019 ada di kantor bisa jadi referensinsi,” jelasnya.


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :