Berita / Serba-Serbi /
Nasib Petani di Pinggir 'Digiring' Oleh Gajah Sumatera
Diskusi seputar masalah konservasi gajah di nursery agroforestri milik Rimba Satwa Foundation. foto: Bayu
Pekanbaru, elaeis.co – Para petani di Desa Pinggir, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, Riau, punya kisah menarik saat mengelola lahan mereka. Salah satunya Suparto, yang gagal jadi petani sawit gara-gara gajah Sumatera.
Dalam obrolan santai dengan elaeis.co di nursery agroforestri milik Rimba Satwa Foundation (RSF), yang dibina PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) di Desa Petani, Kecamatan Mandau, Bengkalis, dia mengisahkan mencoba membudidayakan kelapa sawit pada tahun 1990-an.
Awalnya dia menanam sawit di lahan satu hektar yang baru dibuka. Semua perlengkapan dan ratusan bibit sawit sudah disiapkan dan ditanam rapi. Namun, ternyata tantangan besar muncul dari kawanan gajah Sumatera yang sering mampir ke lahannya.
Baca juga: Kebun Sawit Ikut Disita dalam Operasi Pajak Serentak di Riau
“Setiap kali ditanam, gajah datang. Dalam sebulan, bisa tiga sampai empat kali kami sisip bibit baru karena rusak oleh gajah. Setelah disisip, seminggu kemudian pasti habis lagi dimakan gajah. Ditanam lagi, tapi sama saja," kenang Suparto.
Puluhan petani lain di daerah itu juga merasakan hal serupa. Menyadari bahwa lahan mereka adalah habitat asli gajah yang menyukai tanaman sawit, Suparto dan petani lainnya akhirnya memutuskan beralih menanam karet.
Ternyata mereka tak salah pilih. Setelah lahan yang sama ditanami karet, gangguan dari kawanan gajah hilang. Kebun karet itulah yang menjadi sumber penghidupan utama mereka hingga sekarang.
“Walau banyak yang bilang karet kurang menjanjikan, tapi menurut saya malah sebaliknya,” ujar Suparto.
Baca juga: Naikkan Harga Sawit, Bakal Calon Bupati Rohul ini akan Perbaiki Jalan Kebun
Ia bahkan menilai hasil budidaya karet lebih stabil dan menguntungkan. “Dua hektar kebun karet, panen seminggu sekali bisa dapat rata-rata 150 kg. Dengan harga sekitar Rp 12.000/kg, penghasilan bisa lebih dari Rp 7 juta sebulan,” jelasnya.
"Dan yang paling penting, tidak ada lagi gajah yang mengganggu kebun kami, karena gajah tidak suka memakan daun karet," sambungnya.
Suparto dan petani lain di Desa Pinggir tidak menyangka, kegagalan berkebun sawit justru menjadi awal kesuksesan membudidayakan karet.







Komentar Via Facebook :