Berita / Nasional /
Nasib Kelapa Sawit, Banyak Sumbangsih tapi Lebih Sering Difitnah Ketimbang Dipuja
Teks Foto: Bandung Sahari selaku EVP Sustainability PT Astra Agro Lestati (AAL). Saat memberikan paparan soal fitnah terhadap kelapa sawit. (Foto: Hendrik)
Pekanbaru, elaeis.co - Nasib perkebunan kelapa sawit kembali menjadi perbincangan dalam acara wotkshop Program Lomba Riset Sawit 2024 Tingkat Mahasiswa yang digelar di Pekanbaru, Provinsi Riau, Rabu (28/2/2024).
Dalam acara yang digelar oleh Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Kementerian Keuangan tersebut, dua tokoh sawit nasional membicarakan ketimpangan nasib yang dialami oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Kedua tokoh dimaksud adalah Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Penyaluran Dana BPDPKS Kementerian Keuangan, Zaid Burhan Ibrahim, serta Bandung Sahari selaku EVP Sustainability PT Astra Agro Lestati (AAL).
Sebagai tambahan informasi, Bandung Sahari juga tercatat sebagai Komparten Regulasi Karbon di Gabungan Pengusaha Kelapa Saeit Indonesia (GAPKI).
Kepada ratusan mahasiswa peserta workshop, Zaid Burhan Ibrahim menjelaskan, perlu dilakukan edukasi dan mengubah persepsi buruk masyarakat terhadap sawit.
Kata dia, hal ini sekaligus sebagai upaya untuk memberikan sosialisasi kepada generasi muda dengan menegaskan bahwa sawit itu baik, tidak seperti isu yang beredar.
Zaid Burhan Ibrahim bilang, kampanye negatif sawit ini terbentuk karena kurangnya pemahaman mengenai tanaman kelapa sawit itu sendiri.
"Banyak mitos buruk yang beredar tentang kelapa sawit sebagai tanaman yang boros air, merusak lingkungan dengan limbahnya, dan mengancam satwa liar, serta isu negatif lainnya," ucap Zaid Burhan.
Karena itu, kata dia, inilah perlunya sosialisasi dan edukasi sesuai fakta yang ada dan menjelaskan kelapa sawit itu ada di setiap kegiatan masyarakat sehari-hari.
Zaid Burham melihat sebagian generasi muda masih berasumsi bahwa citra sawit seakan merugikan dan perlu dibatasi penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari karena diisukan dapat mempengaruhi kesehatan.
“Padahal, selama 24 jam sehari kita, selalu ada kaitannya dengan sawit, dari mulai bangun tidur, kita sikat gigi dengan produk turunan sawit, sampai halnya kita mandi, makan, dandan, itu mengandung sawit,” jelasnya.
Dengan adanya kegiatan edukasi sawit ini diharapkan dapat mengubah persepsi masyarakat yang selama ini keliru atau menganggap negatif tentang sawit.
“Sawit itu baik. Selama good agriculture practices (GAP)-nya dikelola dengan baik juga dan pengelolaan kebunnya dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku," kata dia.
Pihaknya berharap dengan adanya edukasi sawit atau kampanye positif ini, dapat memberikan pemahaman yang benar dan membantu masyarakat memilah mana fakta mana mitos tentang sawit.
Bandung Sahari juga bersikap senada. Saat memberikan paparan kepada para mahasiswa, Bandung Sahari menyebutkan beebagai fitnah yang dialami tanaman sawit.
"Misalnya, perkebunan kelapa sawit difitnah sebagai penyebab deforestasi di dunia. Benarkah tuduhan itu? Mari kita ungkap fakta yang sebenarnya," ucap Bandung.
Dia lalu menunjukan layar besar yang ada di hadapan para mahasiswa. Kata dia, dari data yang ada terlihat jelas kalau perkebunan kacang kedelai atau soya bean adalah terbesar di dunia.
Bandung kemudian mengajak para mahasiswa untuk berfikir dan menimbang-nimbang, kenapa hanya perkebunan sawit yang difitnah.
"Tetapi di saat yang sama, enggak pernah tuh ada fitnah terhadap minyak nabati yang lain. Terlihat ada motivasi lain di balik fitnah terhadap sawit," kata Bandung.
Bandung mengatakan, sawit mungkin akan terus diserang mengingat banyaknya manfaat sawit terhadap kehidupan manusia.
Plus, sambung Bandung, dari sisi produktivitas dan harga, sawit justru lebih berkualitas dan kompetitif dibandingkan minyak nabati lainnya.
"Yuk, adek-adek mahasiswa peserra workshop Lomba Riset Sawit, coba lihat satu hektar kebun sawit mampu menghasilkan berapa TBS dan minyak sawit," kata Bandung.
"Lalu bandingkan dengan jumlah yang sama pada tanaman kacang kedelai, bunga matahari, kanola, dan lainnya. Pasti semua tanaman ini dari sisi produksi lebih rendah tapi harga lebih mahal," papar Bandung.
Melihat semua fakta itu, Bandung mengajak dan memotivasi seluruh mahasiswa peserta Lomba Riset untuk benar-benar meneliti dan membuktikan manfaat sawit nagi umat manusia.(*)







Komentar Via Facebook :