Berita / Sumatera /
Musim Hujan, Masalah Petani Bertambah
Petani sawit di Jambi menyemprot kebun untuk mengendalikan gulma. Foto: Juan/elaeis.co
Muaro Jambi, elaeis.co - Masalah yang dihadapi petani sawit di Kecamatan Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, bertambah. Hujan yang makin sering turun beberapa pekan belakangan membuat pertumbuhan semak belukar di kebun sawit jadi lebih cepat.
"Kebun sudah semak semua. Mau diracun, harganya mahal pula," kata Ari, petani sawit di Sungai Bahar, Sabtu (22/10).
Sebenarnya kalau harga sawit bagus, menurutnya, petani tidak akan mengeluhkan mahalnya herbisida. "Sekarang sawit cuma dihargai Rp 1.800 sampai Rp 2.000/kg. Sedangkan pupuk dan racun tanaman semuanya mahal. Pusing jadinya," ujarnya.
Biasanya dia melakukan penyemprotan sekali sebulan di kebun sawitnya untuk mengendalikan pertumbuhan gulma. Namun dengan kondisi harga sawit saat ini, perawatan kebunnya tak lagi dilakukan sebagaimana mestinya.
"Begini ya, ini contoh saja. Saya punya lahan seluas 8 hektare. Biaya untuk beli herbisidanya saja sudah sekitar 500 ribuan lebih sekarang. Boleh ditanya di toko harga Roundup berapa, Gramoxone berapa. Belum lagi upah tukang semprotnya, harus kita bayar," ucapnya.
Karena kondisi sedang sulit, mau tak mau dia harus mengurangi volume racun rumput untuk kebun sawitnya.
"Khawatir juga tidak efektif mengendalikan pertumbuhan gulma, tapi terpaksa dikurangi. Kalau saya dulu biasanya 300-400 liter/hektare, sekarang jadi 200-300 liter/hektare," bebernya.
Ari berharap pemerintah peka terhadap beban yang ditanggung petani di daerah.
"Jika harga TBS nggak bisa seperti dulu lagi di angka Rp 3.000-an, ya tolonglah dibantu bagaimana supaya pestisida, pupuk, dan herbisida, harganya terjangkau. Jangan dibiarkan petani berlama-lama menderita," ujarnya.







Komentar Via Facebook :